Karena Itu Harus Diisi Dengan Kerja Keras
Pada umumnya, sebuah rumah tangga di bangun berdasarkan saling menyinta antara suami istri. Karena rumah tangga tanpa adanya cinta, tak ubahnya bagaikan orang yang hidup kos-kosan. Tinggal satu atap ,saling berinteraktif, namun masing-masing tidak saling peduli dan sibuk mengurus diri sendiri.Â
Kesimpulannya, cinta itu mutlak diperlukan untuk membangun sebuah rumah tangga. Namun seiring dengan pilihan untuk melangkah membangun rumah tangga, maka seharusnya setiap orang memahami, bahwa sejak saat itu, tanggung jawab, tidak hanya sebatas masalah pribadi, melainkan sudah menyangkut kepentingan pasangan hidup.
Bila kelak ada anak-anak yang dilahirkan dari pernikahan ini, sekaligus menjadi tanggung jawab Kepala Keluarga. Karena itu, adalah mustahil untuk membangun rumah tangga hanya bersandarkan pada saling menyinta saja, karena seiring dengan itu, dibutuhkan kerja keras yang berkelanjutan Memang dalam sebuah keluarga, tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anak-anak bukan semata berada ditangan kepala keluarga, melainkan menjadi tanggung jawab suami dan istri.
Tapi Kepala Keluarga adalah seorang Pemimpin . Dan sebagai pemimpin, bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang orang yang dipimpinnya,yakni istri dan anak anak .
Kalau dianalogikan dengan tugas sebagai seorang Supir ,yang begitu duduk dibelakang kemudi ,maka tanggung jawabnya, tidak hanya sebatas dirinya sendiri,melainkan tanggung jawab, terhadap keselamatan semua penumpang yang ada dalam kendaraan yang dikemudikannya.
Mencintai Berarti Siap Bertanggung Jawab
Kesimpulannya adalah membangun rumah tangga tidak cukup hanya mengandalkan cinta semata,melainkan harus diisi dengan kerja keras demi untuk orang orang yang dicintai. Masa depan anak-anak, tergantung dari cara kita membesarkan dan mendidik mereka. Ibarat menanam pohon, bila tidak diberikan pupuk dan dirawat dengan baik, bila kelak pohonnya tidak berbuah, maka itu adalah tanggung jawab kita, sebagai orang yang merawatnya.
Demikian juga, bila anak anak yang berada dibawah tanggung jawab kita, tidak mendapatkan cinta kasih dan perhatian yang tulus dengan memberikan mereka kesempatan secara maksimal dalam mempersiapkan masa depan mereka dan kelak hidup mereka terlantar, maka hal itu adalah kesalahan dan tanggung jawab kita sebagai kepala keluarga.Â
Karena itu ketika orang sudah berkeluarga, maka jangan lagi mengedepankan kepentingan diri, melainkan mempersiapkan masa depan anak anak, seharusnya menjadi prioritas utama dalam perjalanan hidup,hingga mereka mampu hidup mandiri.Â
Setiap keputusan yang diambil, tidak lagi hanya menyangkut diri pribadi melainkan akan membawa serta kehidupan seluruh anggota keluarga, yakni istri dan anak anak kita. Semoga kita mampu untuk mendahulukan kewajiban terhadap keluarga, ketimbang mendahulukan melakukan apa yang kita sukai. Pilihan ada di tangan dan kita tinggal memilih antara mendahulukan kepentingan diri atau menomorsatukan kepentingan anak dan istri.