Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kiat Menembus Dinding Ketidakmungkinan

18 Juni 2019   18:22 Diperbarui: 18 Juni 2019   18:30 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : shutterstock

Tetapi bila apa yang tidak dipahami,agar tetap dianggap orang pintar,maka jalan pintas adalah memvonis,sebagai suatu hal yang tahayul. Semakin sering kita mengucapkan kata :"tidak mungkin" ,maka semakin banyak tiang tiang penjara yang mulai kita bangun. 

Lama kelamaan ,kita telah menciptakan penjara bagi diri kita,dengan kata :"tidak mungkin." Maka sesuai dengan apa yang kita pikirkan terus menerus dan diyakini tidak mungkin ,maka sesungguhnya kita sudah menutup pintu bagi perubahan nasib kita

Pengalaman Pribadi

Mengapa selalu menceritakan tentang pengalaman pribadi? Alasannya sudah disampaikan,bahwa berbagi pengalaman ,merupakan salah satu jalan untuk mengaplikasikan hidup berbagi, Karena pengalaman kita,diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi orang banyak dan sekaligus memotivasi bahwa sesungguhnya dalam hidup ini tidak ada yang mustahil ,Suatu hal menjadi mustahil,karena keyakinan kita bahwa kita tidak mungkin bisa meraihnya,

Ketika kami masih tinggal di Pasar Tanah Kongsi dan pernah bercerita tentang impian kami,bahwa kelak anak anak kami akan melanjutkan studi mereka keluar negeri,kami jadi bahan olok olokan orang banyak .Bahkan ada yang mengira,saking susahnya hidup,maka kami berdua sudah mulai mengigau. Karena secara logika adalah mustahil orang yang untuk makan sehari harian saja sudah sulit,mau menyekolahkan anak anak keluar negeri.Sesuatu yang dianggap omong kosong atau kegilaan terselubung

15 Tahun Kemudian

Kelak putra pertama kami melanjutkan studi di California State University dan lulus  Msc dengan predikat magna cumlaude di usia 21 tahun,Pura kedua melanjutkan studi di Sacramento dan putri kami di Michigan.  Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, kami membuktikan,bahwa kami berdua tidak gila. 

  • Caranya adalah :
  • Berani untuk bermimpi besar
  • kerja keras untuk meraihnya
  • jangan pernah menyerah
  • yakinlah bahwa tidak ada yang mustahil bila Tuhan mengizinkan

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud pamer pencapaian,melainkan semata mata diharapkan dapat menginspirasi orang banyak,bahwa sesungguhnya tidak ada yang mustahil,kecuali diri kita yang menutup kemungkinan tersebut. 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun