Akan tetapi dalam kenyataannya,hidup itu bersifat dinamika dan tidak dapat dipatok berdasarkan ilmu matematika. Misalnya :" punya rumah  bagus dan kendaraan pribadi ,serta penghasilan mencukupi "sudah pasti berbahagia .Cinta itu adalah bagian dari sebuah kehidupan,yang memiliki keunikan tersendiri dan hingga saat ini belum ada satupun universitas di dunia ini,yang khusus memberikan pelajaran tentang cinta yang tulus.
Secuil Cuplikan Perjalanan Hidup
Suatu waktu,ketika usaha kami mengalami kebangkrutan,akibat ditipu mitra bisnis di Singapore, saya duduk termenung di beranda rumah. Istri saya datang  dan duduk disamping saya.Sesaat kemudian berkata:" Sayang,sementara usaha kita macet,izinkan saya antar jemput anak sekolah,setidaknya bisa untuk menutupi biaya hidup kita" Saya memandang istri saya dengan heran dan berkata perlahan:"Tapi mobil kita kan sudah dijual ?"
"Benar," kita beli kendaraan L 300 yang bekas" Kata istri saya
"Terus uangnya dari mana ?" tanya saya dengan wajah yang heran
Istri saya mengeluarkan bungkusan ,meletakkan di meja ,disana ada kalung, gelang dan anting anting yang biasa dipakai istri saya sejak menikah ."Kita jual semuanya dan cukup untuk membeli sebuah kendaraan bekas "kata istri saya mantap
Saya tidak kuasa menahan jatuhnya air mata,walaupun kata orang,laki laki sejati tidak boleh baper.  Saya laki laki sejati ,tapi saya menangis dihadapan wanita yang telah memberikan seluruh hidupnya kepada saya setulus hati. Wanita ini amat jarang mengatakan:" I love you " kepada saya,tapi ia sudah membuktikan cintanya yang tulus selama lebih dari 54 tahun kepada saya .Kalau sudah menerima cinta yang begitu tulus dari seorang istri,maka betapapun bebalnya hati seorang suami,pasti tidak akan tega menghianati  cintanya.
Ditulis berdasarkan pengalaman hidup pribadi
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H