Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasib Petani: "Aku Masih Seperti yang Dulu"

30 Mei 2019   08:02 Diperbarui: 30 Mei 2019   13:20 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: Penulis paling kiri,bersama Importir dari Singapore ,tahun 1980 /dok.pri

foto: Penulis paling kiri,bersama Importir dari Singapore ,tahun 1980 /dok.pri
foto: Penulis paling kiri,bersama Importir dari Singapore ,tahun 1980 /dok.pri
Pemerintah Galakkan Ekspor ,Petani Tidak Kebagian Manfaatnya

Sebagai mantan pengusaha, secara pribadi saya sudah beberapa kali langsung menemui para petani di kampung kampung,seperti di Simabu, Batusangkar, Sungai Penuh dan sebagainya. Bahkan tinggal beberapa hari dirumah mereka. Mereka adalah orang-orang sederhana yang tidak memahami hal hal yang terlalu muluk.

Sejak zaman dulu,sudah terbiasa menjual hasil pertanian melalui Pedagang Pengumpul,yang tidak jarang bertindak sebagai Tukang Kredit bagi para Petani. Sehingga ketika panen,para Petani,tidak mungkin mendapatkan kesempatan untuk menjual kepada pembeli lain,karena sudah terlanjur berhutang,

Kalaupun ada kesempatan untuk membawa sendiri hasil pertanian mereka ke kota, amat jarang yang mampu mempraktikkan .karena mengalami banyak kendala. Pertama ,setibanya di kota,mereka tidak tahu mau kemana? Baru saja tiba di perhentian bus, sudah dipalak oleh preman terminal. Belum lagi diperebutkan oleh para calo, sehingga sekali merasakan,mereka akan kapok untuk menjual sendiri hasil pertaniannya.

gambir yang dijemur,siap dipasarkan /dok.pri
gambir yang dijemur,siap dipasarkan /dok.pri

Kalaupun ada Kunjungan Pejabat Hanya Sebatas Seremonial

Sejak dulu, kenaikan harga gambir hanya dinikmati oleh para pedagang, baik para pedagang, pengumpul, maupun Eksportir. Sedangkan para petani gambir, dikarenakan kehidupan mereka yang morat-marit, hanya menjalani hidup secara sangat memprihatinkan.

Salah satu contoh adalah ,rata-rata para petani dan sekaligus merangkap pekerja gambir , tidak mampu bertahan hingga usia tua. Karena pekerjaan untuk memproduksi gambir secara tradisional, yang dikenal dengan istilah 'kampa' sangat menguras tenaga mereka. Karena setiap kali memukul kayu pengapit daun dan ranting tumbuhan gambir ini, getarannya sangat menyakitkan tulang belulang mereka.

Tidak heran, banyak dari antara mereka yang batuk darah di usia relatif masih muda, yakni 40 tahunan. 

Pada waktu kami berkunjung ke gubuk mereka, tampak sepiring nasi dan sejumput sambal lado,sebagai makan siang mereka. Inilah hidup mereka dari hari kehari dan turun temurun

Walaupun sudah berkali kali ada kunjungan dari para Pejabat terkait ke kampung kampung dan menemui para petani,hanyalah sebatas seremonial dan setelah disorot oleh tv dan menjadi berita di berbagai media lokal, selanjutnya kehidupan para Petani kembali ke habitat semula..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun