Awalnya Terpaksa Berbohong, Kemudian Keterusan
Siapa dari antara kita yang selama hidupnya tidak pernah berbohong? Kalau ada pertanyaan  seperti ini, yang pasti, saya tidak akan berani mengangkat tangan. Karena bila saya mengangkat tangan,berarti saya adalah pembohong besar. Apakah di dunia ini tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbohong dalam hidupnya? Saya juga tidak berani menjawab.
Ada kalanya kita terpaksa berbohong,walaupun sesungguhnya tidak ada yang memaksa kita. Contoh paling aktual adalah ketika saya berada di dalam lift yang penuh penuh. Sebelum pintu lift ditutup,seorang ibu buru buru masuk dan tanpa sengaja kakinya yang menggunakan sepatu hak tinggi,menginjak jari kaki saya. Walaupun memakai sepatu,namun diinjak oleh bobot tubuh yang mungkin beratnya 80 kg dengan sepatu hak tinggi dari besi,jari jari kaki serasa remuk. Sadar bahwa saking terburu buru masuk ke lift ia sudah menginjak kaki saya, maka si ibu berkali kali minta maaf, sambil berkata:" Aduh,maaf ya pak. Sakit ya pak?"Â
Dengan wajah meringis, kayak monyet, buru buru saya bilang :"Ah nggak apa apa bu" .Nah,berbohong dalam kondisi seperti ini, saya tidak akan terkena jerat hukum negara dan yakin tidak akan dihukum oleh  Tuhan. Walaupun sejujurnya, saya tidak pernah bertanya langsung kepada Tuhan
Berbohong Demi Keuntungan Diri
Sebagai mantan pebisnis,maka saya mencoba menulis kebohongan dari sudut bisnis. Ada banyak peluang untuk melakukan kebohongan untuk mendapatkan keuntungan dari berbisnis.Misalnya :Â
mengurangi berat timbangan barangÂ
caranya sangat mudah,yakni dengan mengatur timbangan
Ketika menjual barang, walaupun pada angka meteran timbangan  tertera pada angka 50 kg,tapi sesungguhnya beratnya hanyalah 49 kg.Â
jadi penjual ,disamping untung dari harga barang,masih ditambah lagi dengan untung 1 kilogram dari setiap karung
Ketika membeli barang,maka walaupun  tampak pada meteran timbangan pada angka 50 kg,tapi sesungguhnya berat barang sejatinya 51 kg