Renungan Diri
Mohon maaf ,saya meminjam istilah :"kita" ,padahal yang  saya tulis disini adalah pengalaman pribadi .Karena sesungguhnya saya tidak tahu,apakah orang lain juga memiliki perasaan yang sama dengan diri saya,ketika menghadapi bahaya maut .
Akan tetapi ,kalau saya tuliskan :"pengalaman saya",mungkin orang tidak akan tertarik untuk membacanya,karena setiap orang memiliki pengalaman pribadi,bahkan mungkin jauh lebih spektakuler dibandingkan pengalaman hidup saya.
Agar Dikagumi ,Saya Berani Menantang Maut
Ini cerita diwaktu usia masih muda dan merasa diri paling hebat. Pada masa itu, saya masih duduk di SMA don Bosco di kota Padang.Â
Setiap tantangan tidak pernah saya tolak, Mulai dari memanjat pohon kelapa yang paling tinggi ,mendaki puncak gunung . Semuanya saya lakukan hanya untuk membuktikan bahwa saya bisa melakukan,yang orang lain tidak berani melakukannya.
Tanpa saya sadari, saya sudah memupuk rasa kesombongan diri. Apalagi ketika saya digadang gadang sebagai :"Hercules " di sekolah,karena tampil di pentas dalam berbagai acara sebagai pemain Standen.Saya berdiri paling bawah,karena semua teman teman tahu,saya satu satunya siswa yang ikut pelatihan angkat berat di Apollon Barbell Club ,sejak masih SMP.Â
Dengan berdiri memasang kuda kuda, seorang siswa berpijak di paha kanan dan satu lagi di paha kiri. Kemudian di atas bahu saya berdiri lagi seorang siswa,sambil membentangkan spanduk,yang menampilkan logo sekolah.Saya harus berdiri kokoh,karena bila sedikit saja goyah,maka teman saya yang berdiri dipundak saya akan terjatuh.
Mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para penonton,membuat saya semakin lupa diri. Pada waktu itu, tim "Standen" dari SMA don Bosco,diundang untuk mempertunjukan kebolehannya di kota Bukittinggi. dan tentu saja saya tetap menjadi bintangnya.
Bahaya Maut Merobohkan Keangkuhan DiriÂ
Salah satu hobi saya,selain dari olah raga adalah memancing, Suatu waktu ,bertepatan dengan liburan Paskah, maka saya janji untuk memancing ikan dilaut bersama teman saya.