Mungkinkah Biduk Lalu Kiambang Bertaut?
Masalah suka atau tidak suka,sesungguhnya merupakan hal yang sangat wajar,karena masing masing orang memiliki sudut pandang yang berbeda.Tetapi sangat disayangkan, hal ini tidak berhenti hingga disini saja,melainkan merembet hingga kehubungan pribadi,antara yang orang orang yang berbeda pilihan .Untuk membuktikannya,tentu kita tidak perlu mencari kambing hitam ataupun  bersusah payah mencari sumber berita ,bahwa memang sejak gencarnya berita dari berbagai media ,terhadap dua orang calon Presiden RI, telah terjadi pemutusan hubungan antara orang orang yang selama in sangat akrab.Bahkan merambah hingga kedalam hubungan kekeluargaan.  Bagi yang aktif di media sosial,pasti sudah merasakannya. Grup WA keluarga yang awalnya merupakan wadah untuk saling berkirim kabar,tiba tiba dirusak oleh salah seorang ,dengan memposting meme yang menjelek jelekan salah satu calon. Terpancing oleh ulah satu orang,maka ada yang tidak sabaran ikut membalas dengan meme ataupun kalimat kalimat yang sama sekali diluar kesantunan. Akibatnya sudah dapat dibayangkan,ada beberapa orang yang :"left" dari grup .Sejak saat itu,praktis hubungan persahabatan ,maupun hubungan kekeluargaan terputuslah sudah.
Ada yang berpendapat,bahwa suasana ini,hanya berlangsung selama masa persiapan Pemilu dan begitu PilPres usai,maka seperti kata pribahasa :" Biduk lalu, kiambang bertaut" Kita tentu saja boleh berpikiran optimis dan berharap bahwa setelah tanggal 17 April ,2019,semua hubungan yang selama ini terputus bisa secara otomatis tersambung kembali. Namun,disamping berharap,tentu kita perlu  memahami,tidak semudah itu memperbaiki :"jembatan "persahabatan dan kekeluargaan yang sudah terputus,akibat beda dalam pilihan. Butuh kesadaran dari kedua belah pihak dan tentu saja butuh waktu yang cukup panjang,agar hati yang terluka ,akibat gesekan dalam saling berkomentar,dapat bertaut kembali.
Keluar Dari Grup WA dan Tidak Pernah Bertegur Sapa Lagi
Sebagai salah satu contoh ,orang orang yang dulu sangat aktif menyapa dan memberikan komentar di Grup WA,sejak  virus politik mulai menodai Grup WA ini,maka sebagian besar left.Dan sejak saat itu,hubungan :"japri" secara otomatis terputus ,bahkan di facebookpun tidak pernah lagi saling menyapa. Salah satu cara untuk mengantisipasi agar :"perang dingin" ini tidak berlanjut berlama lama,adalah dengan  mengundang anggota grup untuk makan bersama .Dan dalam pertemuan ini,perlu dihindari,membicarakan hal hal yang berbau politik. Maka walaupun ,pertemuan ini,tidak secarfa serta merta dapat memperbaiki hubungan yang sudah terlanjur terputus ,kembali seperti sediakala,setidaknya,  "cease fire " atau "gencatan senjata " sudah mulai diterapkan.
Hal ini ,tentu hanya merupakan salah satu contoh saja,untuk meminimalkan efek buruk dari perpecahan,yang diakibatkan oleh beda pilihan. Minimal satu langkah untuk mencegah rusaknya hubungan persahabatan dan kekeluargaan berlarut larut ,sudah dilakukan .Dan ternyata hasilnya sangat menggembirakan. Sosok yang awalnya sudah selama setahun tidak lagi bertegur sapa,kini sesekali sudah mulai saling menyapa kembali,walaupun sudh tidak lagi bergabung di Grup WA.
Menjadi :"Minoritas" Didalam KeluargaÂ
Dalam pertemuan baru baru ini,ada yang dengan sedih curhat,bahwa bila ada pertemuan keluarga ataupun menghadiri acara pernikahan salah satu anggota keluarga,ia merasa dirinya sebagai :"minoritas" dalam keluarga sendiri, karena tidak diajak ikut serta dalam pembicaraan,akibat beda pilihan.Anggota keluarga yang tadinya sedang bercerita sambil ketawa ,tiba tiba mendadak sontak diam,ketika ia duduk diantara mereka,Â
"Saya sungguh jadi risih,berada ditengah tengah keluarga besar saya Om. Sedih banget rasanya  diperlakukan sebagai orang "berpenyakit menular" begitu curhat Riana, Padahal ia membayangkan bakalan disambut dengan gembira,ketika pulang kampung,karena sudah lama tidak pernah bertemu,namun poltik telah menghancurkan impiannya.Bahkan sejak persiapan Pilpres.nama nama indah yang diberikan oleh orang tua masing masing,mendadak diubah menjadi :"Cebong ,Kampret dan Unta"Tulisan ini bukan dalam kapasitas menasihati,hanya sekedar sebuah renungan bagi kita semuanya. Kita tidak mungkin bisa menyukai semua orang,tapi kita bisa  tidak membenci mereka Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H