Christchurd mosque attack survivor Farid Ahmed :"I have chosen love and  I have forgiven"
Bulan  yang lalu P.M. Jacinda Ardern telah mampu menciptakan rasa hormat umat Muslim sedunia, dengan menunjukkan rasa simpati dan empatinya atas korban penembakan umat Muslim yang sedang melakukan ibadah di 2 masdjid di  Christchurch. Â
Jacinda Ardern mengunjungi Canterbury Refugee Centre di Christchurch pada 16 Maret, menyampaikan rasa dukanya yang mendalam terhadap tindakan biadab, penembakan di 2 masjid  di Christchurch yang telah menewaskan setidaknya 49 orang dan sekitar 20 orang luka luka serius.Â
Farid Ahmed  Yang Memukau Dunia
Farid Ahmed yang berhasil diselamatkan dari penembakan brutal seorang terorist, yang istrinya tewas dalam pembantaian tersebut, ketika duduk dikursi rodanya,mengatakan bahwa ia memilih untuk mengampuni dan memaafkan pembunuh istrinya. Kalimat yang keluar dari mulut pria ini,telah mampu memukau,bukan hanya orang yang hadir didepannya, tapi juga telah menjadi viral di dunia.
From a wheelchair onstage, survivor Farid Ahmed, whose wife died in the attack, spoke of forgiveness. "People ask me, 'Why did you forgive someone who has killed your beloved wife?'" he said. "I don't want a heart that is boiling like a volcano, a volcano has anger, fury, rage, it does not have peace," he said. "I want a heart that will be full of love and care and full of mercy."
 Diterjemahkan secara bebas:"Dari kursi roda di atas panggung, korban (penembakan) yang berhasil diselamatkan, Farid Ahmed yang istrinya meninggal dalam serangan itu, berbicara tentang pengampunan. "Orang-orang bertanya kepada saya, 'Mengapa anda  memaafkan orang yang telah membunuh istrimu yang tercinta?'" Katanya."Saya tidak ingin hati mendidih seperti gunung berapi, gunung berapi memiliki kemarahan dan tidak ada kedamaian."katanya. "Saya  ingin hati yang penuh cinta dan perhatian dan penuh belas kasihan."
Menyanyikan Lagu Kebangsaan Selandia Baru Sebagai Tanda Penghormatan Korban Tewas
Lagu kebangsaan Selandia Baru dinyanyikan selama kebaktian peringatan nasional di Hagley Park untuk para korban serangan teroris masjid 15 Maret di Christchurch, Selandia Baru. Banyak hadirin yang tidakj mampu menahan rasa haru dan  menangis histeris, walaupun yang tewas dalam penembakan bukanlah salah satu dari keluarga mereka.Â
Hal ini telah membuktikan bahwa kalimat "mereka adalah kita", bukan hanya merupakan slogan kosong dan hanya sekedar menghibur, tapi sungguh sungguh sudah dibuktikan oleh warga Selandia Baru. Ribuan orang  berziarah ke lokasi penembakan, bukan untuk menonton melainkan datang dengan membawa bunga duka, lilin dan balon,serta mewujudkan rasa duka dan simpati yang  mendalam,dengan berbagai gaya dan cara mereka.
Negeri Selandia Baru yang selama ini tidak banyak dikenal orang, kini  sudah mampu membuka mata dunia bahwa perbedaan suku, budaya, dan agama, bukanlah halangan untuk saling berbagi rasa. Pemerintah dan warga Selandia Baru telah membangun jembatan dalam menyikapi perbedaan, bukan membangun dinding pembatas.