Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Anak SD Mengajarkan Pak Guru tentang Cara Beriman

3 Maret 2019   18:38 Diperbarui: 4 Maret 2019   06:46 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:www.kickstory.net

Sebelum saya terlanjur di somasi orang banyak,perlu saya sampaikan,bahwa dalam tulisan ini,saya tidak menyebut nyebut tentang agama tertentu dan juga tidak menyebutkan ,nama panggilan untuk guru agama. Diharapkan dengan demikian,tidak akan ada yang merasa tersindir ataupun tersinggung. Karena usia saya sudah  76 tahun ,saya berubah menjadi penakut. Kalau dulu sewaktu masih muda,saya cuma takut kepada Tuhan.Tapi sekarang,banyak yang saya takuti.Mungkin,nyali sudah menciut. Aduh,maaf,koq melantur lagi ya? Padahal tadi mau ceritakan tentang kisah anak SD,tapi tahu tiba tiba malah menceritakan tentang diri sendiri ?

Kembali Kepada Kisah Anak SD

Seperti biasa,setiap hari Minggu pagi, ruangan ibadah penuh sesak,bukan hanya oleh orang dewasa,tetapi juga banyak anak anak yang ikut ambil bagian,dalam ibadah ini. Anak anak duduk dibangku paling  depan dan dengan didampingi oleh guru agama.Semua berjalan sangat lancar dan teratur.Khususnya murid murid berpakaian sangat rapi.Karena sesuai ajaran guru,bahwa kalau menghadap Tuhan,harus mengenakan pakaian terbaik.Tapi guru agama, tampak agak gelisah,karena sudah dua kali dihitungnya,jumlah muridnya yang seharusnya hadir sebanyak 12 orang,ternyata yang hadir cuma 11 orang .Pikirannya sudah tidak lagi fokus pada ibadah,karena sudah mulai dikuasai oleh rasa kemarahan,karena salah satu dari muridnya absen beribadah.

Tiba tiba,ketika ritual ibadah sudah hampir selesai,tampak seorang anak bergegas masuk,dengan pakaian kotor dan masih basah,serta rambutnya awut awutan. Menyaksikan hal ini,hati sang guru agama ,semakin panas,tensinya naik hingga keubun ubun kepalanya.  Mendadak ia merasa mendapat wahyu,untuk mewakili Tuhan,untuk menghukum anak yang murtad tersebut. Maka ,dengan wajah merah padam ,ia menarik dengan kasar muridnya yang tadi datang terlambat. Kebetulan nama anak tersebut sama dengan nama saya,yakni Effendi.

Ketika Wakil Tuhan Bertindak 

Begitu keluar dari ruangan,tangannya yang kokoh,yang seharusnya digunakan untuk melindungi yang lemah,justru digunakan untuk memegang dengan kuat tangan anak muridnya yang dianggap memalukan dirinya.  Lalu membentak:" Mengapa kamu terlambat dan  datang dengan pakaian  kotor? Kamu ingin mempermalukan saya sebagai guru kamu ya ?!"

Kaget karena disentak dan dibentak,oleh gurunya yang biasanya tampak sangat alim,tentu saja menjadikan Effendi kecil gemetaran. "Maaf guru,tadi saya menolong seorang anak  kecil yang hampir tenggelam  diselokan ..karena itu...." Tapi belum sempat menyelesaikan kalimatnya ,sudah diputus oleh pak guru dengan penuh wibawa:"Kamu mendahulukan  anak kecil dan menomor duakan Tuhan? Kamu tahu hal itu dosa dan masuk ke neraka nggak haa?!",sambil menguncang guncang tubuh  Effendi yang masih berusia 7 tahun. "Hayo pulang sana,tidak perlu lagi kamu ada disini,bikin malu gurumu ....:Dengan sangat sedih,Effendi kecil membalikan tubuhnya yang kerempeng,tapi baru melangkah selangkah,tiba tiba ia berbalik arah dan berkata  kepada gurunya :" ..Hmm tapi guru,walaupun saya terlambat datang,Tuhan tidak tenggelam kan ?" Tapi kalau tadi saya tidak menolong adik kecil tersebut,ia akan meninggal,karena tidak ada seorangpun ada disana..."

Setelah mengungkapkan isi hatinya,Effendi kecil melangkah gontai dan kembali kerumahnya....

Ketika Sang Guru Pulang Kerumah

Dari kejauhan ia melihat ada mobil ambulance di laman rumahnya ada banyak orang yang datang.Jantungnya serasa mau copot.Begitu tiba ,istrinya berlari dari antara kerumunan orang banyak dan sambil menangis berkata:"Papa.. syukur anak kita selamat pa. Kalau tidak ada murid papa yang bernama Effendi itu menolong,aduh pa..anak kita sudah tenggelam.Ia yang menolong dan kemudian berteriak,sehingga mama dan tetangga berlarian keluar dan membawa anak kita kerumah sakit..."

Rasa Syukur dan Penyesalan Menyesak Didada Sang Guru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun