Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Euthanasia", Nama Cantik untuk Maut!

2 Maret 2019   17:17 Diperbarui: 2 Maret 2019   18:18 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto: Saat terakhir Troy dan istrinya Christine/sumber www.daily.mail.com


Mungkinkah Akan Jadi Tren Masa Kini?

Tahun lalu, Profesor Dr. David Goodall, seorang akademisi Australia, yang berusia 104 tahun, melakukan perjalanan jauh dari Australia ke Swiss, dan menghabiskan dana sekitar 20.000 dolar atau setara dengan 200 juta rupiah, hanya untuk mengakhiri hidupnya. Sebagai orang yang berpendidikan tinggi, tentu saja profesor ini sudah mempertimbangkan segala sesuatu secara matang. Keputusan ini, diambilnya setelah berkali-kali gagal bunuh diri, selama dalam satu tahun.

Hal ini dilakukannya karena di Australia, euthanasia dianggap illegal. Satu-satunya negara bagian yang mulai memberikan lampu hijau ke arah ini adalah Victoria. Namun ada syaratnya, yakni bilamana menurut hasil pemeriksaan tim medis, penyakit yang diderita seseorang, dipastikan  membuat diri penderita tidak akan mampu bertahan lebih dari 12 bulan. 

Ucapan  dari profesor ini membuat banyak orang merinding ,yakni: "Jika seseorang
 memilih untuk membunuh dirinya sendiri, itu sah-sah saja. Saya kira orang lain tidak harus ikut campur," kata Prof Dr David Goodal. Dan keinginan hatinya untuk menentukan sendiri hari kematiannya sudah terpenuhi tahun lalu.

keterangan foto: Saat terakhir Troy dan istrinya Christine/sumber www.daily.mail.com
keterangan foto: Saat terakhir Troy dan istrinya Christine/sumber www.daily.mail.com
Orang Kedua yang Menyusul

Kalau David Goodal sudah berusia 104 tahun, tapi pria yang mengikuti jejaknya untuk menemui kematian di Swiss baru berusia 54 tahun. Pria yang semasa hidupnya aktif bertugas di Pemadam Kebakaran ini bernama lengkap Troy Thornton. Troy hidup bahagia dan aktif bersama istrinya Christine dan dua anak Jack, 17, dan Laura, 14, ketika dunianya hancur oleh diagnosis pada 2014. Ia diagnosa mengalami komplikasi ,seperti kutipan di bawah ini:

Troy Thornton, a 54-year-old career firefighter from the Mornington Peninsula, died by lethal injection a week ago today after spending years battling a gruelling progressive neurodegenerative disorder called multiple system atroph

Penglihatannya menjadi ganda, vertigo setiap hari dan gejala lainnya, yang sudah komplikasi dalam dirinya. Ia penggemar sepak bola dan telah menghabiskan 30 tahun bekerja sebagai Petugas Pemadam Kebakaran. Pada saat ia mengetahuinya, Troy mengatakan meskipun dihadapkan dengan masa depan yang tidak pasti, bunuh diri tidak pernah menjadi pilihan baginya .Namun ,setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya, entah apa yang menyebabkan, akhirnya pria yang selama hidupnya dikenal sebagai pekerja tangguh ini akhirnya menyerah pada maut.

Walaupun menurut pengakuan Troy, hatinya merasa hancur karena tidak akan pernah menyaksikan anak-anaknya  menikah kelak, ia tidak memiliki pilihan lain. Ia merasa bahwa dirinya sudah berdiri di atas sebelah kaki saja. Walaupun masih bisa berjalan, ia sudah mulai ngawur ketika berbicara dan tidak mampu menahan bila akan buang air kecil, serta merasakan vertigo sepanjang waktu, mual dan penglihatan ganda.

Mau Mati juga Harus Memenuhi Kriteria

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun