Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Benalu di Negeri Sendiri atau Jadi TKI di Negeri Orang?

27 Februari 2019   08:28 Diperbarui: 27 Februari 2019   10:17 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Hidup Di persimpangan Jalan 

Ada yang mengatakan bahwa orang yang berjiwa nasional,seharusnya tidak bekerja di negeri orang karena setetes keringat bagi negeri sendiri adalah jauh lebih bernilai ketimbang setumpuk uang dolar dari negeri orang. 

Bagi orang yang kebetulan hidupnya  sedang berada di posisi aman dan nyaman,tentu saja sangat mudah untuk memberikan stempel bagi orang lain,"berjiwa nasional atau tidak" akan tetapi bilamana dihadapkan pada pilihan, "Mana yang lebih baik, jadi benalu di negeri sendiri ataukah memilih menjadi TKI di negeri orang?" 

Pada waktu ada kesempatan pulang kampung,kami menyempatkan mengunjungi sahabat sahabat lama. Dan kalau bertemu sahabat lama tentu tidak etis kita tanyakan,berapa nilai depositonya di bank atau sudah berapa hektar tanahnya? Yang lazim ditanya adalah apa kabar? Sudah punya cucu? Atau anaknya di mana? 

Pertanyaan yang sama yakni, "Anaknya sekarang tinggal di mana?" tapi jawaban tentu saja berbeda. Bagi yang anaknya melanjutkan studi S3 di luar negeri akan menjawab dengan antusias, "Yanto sedang mengambil S3 di Amerika Serikat" dan dengan wajah sumringah akan bercerita walaupun tidak ditanya.

Tapi ketika bertanya kepada sahabat lama saya yang lain, "Maaf  Yanti tinggal dimana sekarang pak?" maka ayahanda Rudi yang adalah sahabat saya semasih kecil, agak terdiam. Kemudian dengan nada sedih menjawab, "Yanti jadi TKI di Hongkong pak. Sudah saya larang, tapi tetap bersikeras berangkat, ya mau apa lagi, begitu maunya", j awab sahabat saya dengan nada sedih dan wajah murung

Stigma Buram Tentang TKI Masih Terus Berlanjut

Di zaman Belanda, orang yang bekerja sebagai pembantu dirumah orang lain,disebut dengan "Jongos " atau "babu". Walaupun di belakang hari sudah diganti dengan kata, "Pembantu rumah tangga" bahkan sudah diperhalus lagi dengan istilah keren, "Asisten Rumah Tangga" namun  image buram masih terus melekat pekat dalam ingatan banyak orang. Sehingga membicarakan mengenai anaknya yang sedang bekerja di luar negeri, seakan menceritakan aib keluarga.

Mengapa Memilih Jadi TKI?

Tedy putra salah seorang sahabat saya mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak malu  jadi TKI di negeri orang. " Om,saya tidak mau jadi benalu di negeri sendiri. Tinggal menumpang gratis di rumah orang tua, bahkan makan minumpun gratis. 

Padahal saya sudah berumah tangga. Rencananya saya kerja di luar negeri selama 3 tahun untuk menabung dan kemudian pulang kampung untuk membuka usaha kecil kecilan. Saya tidak ingin menjadi benalu yang menjadi beban bagi orangtua saya yang sudah berusia 70 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun