Kondisi aman dan nyaman, tidak secara serta merta berjalan sejajar. Boleh jadi ada tempat dimana kita merasa aman tapi belum tentu di ikuti dengan rasa nyaman. Begitu juga sebaliknya, kondisi yang dianggap paling nyaman belum tentu menjanjikan  situasi yang aman.Â
Sebagai contoh paling sederhana adalah, ketika menggunakan jasa penerbangan entah apapun nama maskapai penerbangannya maka pada umumnya bilamana kondisi keuangan memadai orang rela membayar mahal agar bisa duduk dibaris terdepan. Bahkan tidak jarang orang mau membayar dua hingga tiga kali lipat dari harga tiket, agar bisa menempati bisnis kelas .Â
Karena fasilitas yang disediakan menjanjikan rasa kenyamanan bagi para  penumpang yang menempatinya. Secara pribadi, kami sudah pernah menikmati kondisi nyaman ini sebanyak 3 kali karena tiket dibelikan oleh putra kami. Rasanya adem banget dan nyaman, menempati kursi ekstra empuk yang disertai layanan istimewa, boleh minta minuman dan makanan kapan saja kita inginkan.Â
Tetapi ternyata menurut hasil survei yang diberitakan di majalah Senior Weeks yang diterbitkan di Australia hasil dari penelitian selama 43 tahun mengedepankan data data yang justru bertolak belakang, yakni  dari setiap kecelakaan pesawat yang telah terjadi puluhan kali di dunia ternyata justru yang paling banyak selamat justru yang duduk dibarisan kursi bagian belakang.Â
Dari hasil penelitian tersebut, dikatakan bahwa sekitar 70 persen penumpang yang duduk dikursi paling belakang  berhasil keluar dengan  selamat dalam berbagai kecelakaan pesawat.
Padahal duduk dibaris paling belakang walaupun paling aman pasti akan sangat tidak nyaman. Karena  kalau terjadi goncangan pada badan pesawat, entah karena berada diantara awan awan yang tebal ataupun karena cuaca buruk maka yang paling merasakan goncangannya adalah para penumpang yang duduk dibarisan paling belakang. Â
Mana yang akan kita pilih? Sejujurnya, bila kita boleh memilih walaupun sudah ada hasil penelitian bahwa duduk dibarisan paling belakang adalah yang paling aman namun kita tetap saja ingin menempati kursi paling depan, karena dapat menikmati suasana nyaman,selama penerbangan.
Menyaksikan Fakta Dibidang Kehidupan Lain
Beberapa hari lalu ketika kami berdua melakukan napak tilas ke tempat dimana kami dulu pernah tinggal selama bertahun tahun, yakni Pasar Tanah Kongsi. Kami sangat terenyuh menyaksikan kehidupan rata-rata orang yang tinggal dan hidup disana. Generasi yang usianya setingkat kami sudah lama tiada.Â
Ketika saya mencoba menyebutkan beberapa nama tetangga kami sewaktu tinggal di sini dulu, mereka menjawab dengan wajah sedih dan menggelengkan kepala. Saya paham apa arti bahasa isyarat tersebut. Karena itu saya mulai menyebutkan nama nama  tetangga kami yang dulunya masih anak-anak.  "Maaf Gek Mo dimana tinggal sekarang?"Â