Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pulang Kampung, 1 Koper "Beranak" Menjadi 4

8 Februari 2019   10:05 Diperbarui: 8 Februari 2019   10:48 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau sedang berada di dalam negeri sendiri,maka yang dimaksudkan dengan: "pulang kampung " adalah pulang ke kampung halaman, di mana kita dilahirkan. Akan tetapi bila sudah domisili diluar negeri, maka istilah: "pulang kampung" menjadi lebih luas, yakni: "pulang ketanah tumpah darah,di negara dimana kita dilahirkan." Tapi ini menurut pendapat pribadi, tidak mengacu pada kamus bahasa Indonesia.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kami Datang  Bawa 1 Koper

Saya dan istri berangkat dari Bandara Perth, tanggal 8 Januari ,2019 dengan diantarkan oleh cucu kami Kevin dan istrinya Astrid. Tiba di Bali, ketika berjalan melenggang menuju ke pintu keluar ,ada seseorang yang memegang kertas dengan tulisan: "Welcome to bu Roselina". Untuk memastikan, maka kami bertanya, apakah Roselina yang dimaksudkan adalah kami yang akan menginap di Encore Ramada Hotel? Ternyata benar, kami dijemput dari Pihak Hotel. 

Ternyata kami menginap  4 malam di hotel dan sekalian, antar jemput dan   sarapan pagi, ala :"All you can eat" ternyata semuanya gratis, karena sudah dipersiapkan oleh G.M hotel. Enak Banget punya sahabat baik. Apalagi untuk biaya pulang pergi naik pesawat, semuanya ditanggung oleh putra kami. Mau apa lagi kalau bukannya bersyukur?

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saya yang Mengundang, Tapi Yang Bayar Sahabat dan Kerabat 

Tiba di Jakarta,disamping kopdar dengan sahabat sahabat di Kompasiana,kami juga mengundang sanak famili dan sahabat sahabat lama. Usai makan siang di Restoran Sari Minang di jalan Juanda, Jakarta, ketika mau bayar tagihan,ternyata sudah kedahuluan dibayar oleh mantan murid saya. Malahan saya dikasih angpau dengan nilai nominal yang  lumayan besarnya. 

Masih ada lagi hadiah dalam bentuk Batik Tulis, yang harganya masih tertera dileher baju, yakni Rp.940.000. Aduh, padahal biasanya saya hanya pakai batik seharga 200 ribuan rupiah, Tapi kalau dikasih hadiah, masa iya ditolak?

Tentu saja semua angpau dan hadiah hadiah dibawa pulang, Belum lagi kain untuk istri saya dan ada perhiasan lagi, sebagai oleh oleh.

Hal ini terulang lagi, ketika malamnya kami makan malam bersama kerabat dan sahabat lama, masih di Restoran yang sama, Ketika selesai makan malam dan mau melunaskan tagihan, ternyata lagi lagi uang saya tidak laku, karena sudah dilunasi oleh salah satu keponakan kami. Hmm enak benar rasanya, kita yang mengundang tapi ada saja yang membayar. Hmmm

Dapat Oleh-oleh Lagi dari Anak Mantu

Episode oleh oleh belum selesai,masih banyak lagi, Ada batik tulis, ada tas kulit asli untuk istri saya dan aneka ragam souvenir dan kue kue dari anak mantu yang tentu saja tidak mungkin kami tolak. Tiba di Padang, adik adik dan keponakan datang kerumah makan Bernama, dengan beragam oleh oleh yang terdiri dari kain dan aneka ragam oleh oleh lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun