Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepotong Kisah Sedih di Hari Imlek

7 Februari 2019   20:42 Diperbarui: 7 Februari 2019   21:05 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: dokumentasi pribadi

Bertepatan dengan hari raya Imlek tanggal 5 Februari 2019,saya dan istri menumpang kendaraan, yang dihubungi via Grab. Begitu pintu dibuka dan saya serta istri mulai duduk,disambut dengan ucapan: Cong Xie Fat Choi" dari Pengemudi yang ternyata seorang Pria muda, keturunan Tionghoa.

Memperkenalkan diri sebagai: "Robi". Dan sementara kendaraan mulai bergerak meninggalkan rumah putra kami di Rawamangun,Robi mulai mengawali dengan percakapan ringan. 

Kami menjelaskan bahwa, barusan kami selesai makan bersama dengan anak mantu dan cucu cucu yang tinggal disana. Dan akan kembali kerumah kami di unit Apartement di Mediterania Boulevard,di Kemayoran. Tiba-tiba saja,Robi yang tadinya gencar berbicara menjadi terdiam.

Dan kemudian dengan nada sedih ,mengatakan: "Alangkah bahagianya, bila saya mempunyai orang tua, seperti bapak dan ibu". Kemudian Robi, seperti tidak kuasa melanjutkan kalimatnya. 

Ketika Bagi Orang Tua ,Teman Lebih Berharga Ketimbang Keluarga

Dengan nada agak heran,saya bertanya: "Mengapa begitu Robi?" Dengan suara serak, Robi  bercerita, bahwa ibunya pulang kampung,karena ada undangan dari teman temannya untuk reuni, sementara ayahnya sudah memiliki acara tersendiri.

"Saya sedih, karena orang tua kami,lebih mementingkan teman teman mereka, ketimbang rayakan Imlek bersama kami anak anak mereka. Padahal kesempatan berkumpul bersama seluruh anggota keluarga ,merupakan hal yang langka bagi kami".

Kami hanya bisa berdiam diri,karena sungguh tidak tahu harus menghibur dengan cara apa.Walaupun Robi bukan siapa siapa bagi kami, karena baru kami kenal sesaat lalu, tapi sejujurnya, kami ikut merasakan betapa terluka hatinya ,mendapatkan perlakuan seperti itu dari kedua orang tua kandungnya sendiri.

Tapi kami tidak mungkin mencampuri urusan keluarga orang lain. Biarlah hal tersebut menjadi urusan internal keluarga mereka.

Hanya dalam hati,kami berjanji,akan selalu  menempatkan keluarga menjadi prioritas utama.Dan hal ini sudah kami terapkan sejak dulu

Hal Ini Berlaku Juga Untuk Kami Berdua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun