Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Para Pejabat Perlu Belajar dari Airport Helper

6 Februari 2019   15:31 Diperbarui: 6 Februari 2019   16:06 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada Kesempatan Tapi Mereka Menolak Menerima Uang

Tahun 2016, ketika saya dan istri  akan berangkat melalui Bandara Soekarno Hatta,sempat saya menolak, jasa portir, karena dipatok  Rp.20.000 per potong, sehingga barang bawaan kami  yang 4 potong kecil, harus membayar Rp.80.000,--  Bukan karena pelit,tapi saya ingin menunjukkan bahwa tanpa dibantu, saya juga bisa mendorong trolley sendiri. 

Apalah susahnya, mendorong trolley dalam jarak cuma 100 meteran? Sebagai reaksi atas tolakan  saya,maka si Portir buru buru mengejar dan mengatakan "Ya, udah Pak, Rp.50.000 saja". Namun, saya hanya menggelengkan kepala dan terus berjalan. Main patok itu membuat kita merasa tidak nyaman,seakan dianggap,bahwa tanpa dibantu,kita tidak mampu lakukan sendiri.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Kini Airport Helper Gratis

Tadi pagi, kami turun dari taksi  dan karena membawa barang cukup berat,maka saya meminta sopir taksi untuk memanggilkan salah seorang Porter disana. 

Seorang pria muda datang dan mengucapkan selamat pagi dengan sopan, kemudian langsung mengangkat barang bawaan kami dari taksi dan memindahkan keatas troley. Kemudian istri saya membayar ongkos taksi dan kami berjalan masuk ke ruang check in Air Asia.

Setelah melewati  pemeriksaan, barang barang bawaan kami,kembali dinaikkan diatas troley dan diantarkan ke loket Penerbangan domestik Air Asia. Hanya antri sekitar 10 menit dan urusan dengan loket Air Asia selesai. 

Barang barang bawaan kami sudah dilabel oleh si mbak Petugas dari Maskapai Penerbangan Air Asia dan bergerak masuk lewat ban berjalan. Porter yang menolong membawakan barang barang kami, mohon pamit, meninggalkan kami. 

Saya memberikan uang Rp.50.000.--tapi ditolak. Kening saya mulai  berkerut,karena barang kami hanya 2 potong dan uang RP.50.000 Koq di tolak?Tapi si Portir tampaknya memahami dan mengatakan "Maaf pak,kami sudah digaji" .

Kembali saya sodorkan  kepadanya lembaran Rp.50.000 yang masih ditangan saya,sambil berkata "Nggak apa apa Mas, ini saya kasih" Tapi dengan sopan si Mas yang bernama Dedi,dengan halus tapi tegas menolak menerima. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun