Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masuk Penjara Merupakan Tren untuk Belajar Kontrol Diri?

2 Februari 2019   13:23 Diperbarui: 2 Februari 2019   13:43 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini masuk penjara secara bergantian,seakan akan sudah menjadi "tren"masa kini untuk mendapat kesempatan belajar mengontrol diri. Agar keluar dari "Retreat" menjadi insan yang mampu mengontrol diri, karena sudah mendapatkan pencerahan ,bahkan sudah merasakan dinginnya lantai penjara. 

Memahami dan menyadarai, bahwa hal yang selama ini dianggap sepele sehingga "asmong" atau asal ngomong atau "astul" asal tulis di media sosial ternyata mampu menjerat diri untuk secara resmi menjadi penghuni lapas. 

Yang  lebih menarik  lagi untuk disimak adalah bahwa orang orang yang secara resmi sudah mendapatkan gelar narapidana, bukan sembarang orang, melainkan orang orang yang secara umum dapat dikategorikan dari kalangan intelektual atau dalam bahasa sederhanyanya adalah orang -orang dari kalangan level yang pintar.

Menjadi Pelajaran Berharga Bagi Kita Semua
Mengapa orang tidak mau belajar dari kasus kasus yang menimpa orang lain? Bahwa salah omong atau keseleo lidah,maupun secara sadar ataupun tanpa sadar, telah  menulis hal hal yang ternyata melanggar undang undang yang berlaku  di negeri ini, telah menyebabkan orang kehilangan kebebasannya karena harus mendekam dibalik jeruji besi. 

Salah satu penyebabnya adalah karena over confidence. Terlalu percaya diri bahwa apa yang dikatakannya atau apa yang dituliskannya tidak akan mungkin menyeretnya ke dalam tahanan. Mungkin karena berada dalam lindungan Pengacara Kondang, maupun karena merasa memiliki massa pendukung yang meluas.

Baru sadar diri, ketika ternyata, kepiawaian pengacara yang membelanya ataupun massa pendukungnya, tidak mampu mengubah keputusan Pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. Kesadaran tiba, setelah semuanya terlambat dan suka atau tidak suka, harus mau merasakan sumpeknya penjara dan risihnya hidup berbaur dengan segala macam penjahat selama berada dalam penjara.

Belajar dari Kasus Yang Menyeret Orang Kedalam Penjara

Membaca  berita diberbagai media sosial, tentu bukan hanya sekedar pingin tahu ataupun sekedar tidak ingin ketinggalan update berita-berita terrkini karena tak kurang pentingnya adalah memetik hikmah dari setiap kejadian. 

Mencoba memahami dan mengaplikasikan dalam menjalani hidup agar jangan sampai melakukan kesalahan yang sama.

Seperti kata pribahasa: "Learn from the cradle, into the grave", yakni belajar sejak dari buaian hingga keliang lahat. Hal ini mengingatkan kita semua,bahwa apa yang terjadi atas diri orang lain, bukan tidak mungkin bisa saja terjadi pada diri kita, bilamana suatu saat kehilangan kontrol diri.

Bagi yang sudah pernah merasakan bagaimana rasanya hidup dalam tahanan, pasti akan terpateri dalam dirinya agar selalu waspada supaya jangan lagi pernah merasakan dinginnya lantai penjara. Tidur beralaskan triplek, di lantai yang tergenang air dari toilet yang tersumbat. Belum lagi segala macam serangga merayap ke wajah dan bahkan masuk kedalam sela-sela celana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun