Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memimpin dengan Hati

1 Februari 2019   22:00 Diperbarui: 1 Februari 2019   22:34 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto: makan bersama mantan murid tahun 1967 / dokumentasi pribadi

Puluhan Tahun Orang Masih Ingat Akan Kita

Menjadi pemimpin,bukan hanya semata mata seorang pejabat tinggi ataupun ketua partai, melainkan siapa saja yang dipercayai untuk memimpin sebuah komunitas. Seorang Ketua RT atau Ketua RW adalah juga seorang pemimpin,bagi masyarakat di sekitarnya. Seorang guru adalah pemimpin bagi murid muridnya. 

Setiap orang tentu memiliki gaya dan cara masing masing,yang berbeda satu dengan yang  lainnya, karena masing masing orang memiliki karakter yang berbeda beda. Namun, apapun gaya dan cara yang dikedepankan dalam meminpin, ada satu hal yang perlu dipahami dan diaplikasikan, yakni memimpin dengan hati.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Suatu Waktu Semua Orang Harus Turun Panggung

Bila yang dikedepankan adalah sikap arogan, karena ingin menunjukkan bahwa: "Saat ini pengambil keputusan adalah diri saya! Kalau saya bilang: "tidak," maka tidak ada yang boleh membantah "Kalaulah hal ini yang dikedepankan,maka ketika saatnya kita harus turun panggung, maka semua orang yang pernah merasakan "tangan besi" kepemimpinan kita, mungkin akan mengucap syukur, karena duri dimata mereka sudah dibuang. 

Bahkan lebih ekstrim lagi, orang akan mengunduli kepalanya saking mengungkapkan rasa suka citanya karena sosok orang yang ingin meniru gaya diktator sudah turun panggung. Dan bila suatu jatuh sakit, jangan  berharap akan ada yang tergerak hatinya untuk membesuk kita.

Coba saja bayangkan, bila hati kita dilukai oleh seseorang,maka walaupun kita sudah memaafkannya,mustahil kita akan mau mengajaknya makan bersama. Memaafkan boleh saja,tapi apa yang sudah pernah retak, betapapun kita berusaha untuk merekatnya kembali,mustahil akan kembali seperti semula.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Dicuekin Orang Ketika Tidak Lagi Memimpin, Sungguh Suatu Hal Yang Teramat Menyakitkan

Walaupun mungkin kita bukan termasuk tipe orang yang gila pujian ataupun gila hormat, tapi bayangkan bilamana mantan siswa kita ketika bertemu dijalan ,pura pura menengok kearah lain dan sama sekali tidak menyapa kita. Atau salah satu anggota komunias yang pernah kita pimpin ketika kebetulan bertemu di restoran hanya sebatas basa basi mengangkat tangan dan kemudian melanjutkan makannya.

Sebaliknya.bila kita memimpin dengan hati, maka walaupun diri kita jauh dari sebutan sempurna, namun walaupun puluhan tahun tidak pernah ketemu, bilamana suatu waktu ada kesempatan bertemu, pasti mereka akan mencari kita. 

Hal ini saya buktikan, ketika makan bersama dengan murid murid saya 52 tahun lalu, ada yang khusus datang dari luar kota,bahkan dari Padang,hanya untuk bisa bertemu dan makan bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun