Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pilpres dengan Cita Rasa Pasar Tradisional

8 Januari 2019   14:09 Diperbarui: 8 Januari 2019   14:10 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Masing Masing Penjual Mengedepankan Keunggulan Produk

Amat jarang  ada orang yang mengaku dirinya seorang penganggur,kecuali dalam konteks bercanda. Pada umumnya orang akan bersikap sangat sibuk,sehingga tidak  punya waktu untuk bisa ketemu teman  teman bahkan hampir tidak punya waktu untuk dilalui bersama keluarga. 

Akan tetapi pada kenyataanya,kita sakisikan betapa banyaknya orang yang mau menghabiskan waktunya,hanya  untuk tampil membahas berita berita hoaks yang sama sekali tidak ada manfaatnya.

Uniknya,yang ramai ramai membahas tentang hoaks bukan hanya sekedar dari kalangan bawah,yang mungkin sedang tidak punya kerjaan atau lagi mencari panggung,tapi juga melibatkan orang orang yang selama ini dikenal sebagai tokoh intelektual. 

Walaupun tidak masuk dalam kajian yang bersifat ilmiah,namun sebagai orang awam, kita semua ikut prihatin akan fenomena ini. Dimana mana orang tanpa diminta,mau secara serta merta menghabiskan energi dan waktunya,untuk tampil sebagai pembela hoaks,dengan menggunakan segala juru pamungkas. Kalau semua teori sudah dikeluarkan dan tetap saja merasa tersudut,maka  taktik kuno yang dilakukan adalah playing vitcim ,yakni menjadikan dirinya sebagai korban yang dizholimi.

Persis Ibarat Pasar Tradisional

Ada hal yang lucu,yang selama ini terbungkus rapi dalam pilkada ,maupun pilpres,dimana seakan merupakan pasar tradisional,dimana terjadi tawar menawar dengan menyebutkan kelebihan dari produk masing masing.  

Kalau beli produk ini,maka hasilnya akan mampu mengubah wajah anda menjadi cantik dan ganteng ,seperti diusia 20 tahunan atau kalau memiliih produk ini,maka kelak bisa makan gratis dimana mana. Dan yang tidak kurang aneh dan  lucunya,ada juga yang menjual barang dengan mengancam, "Kalau tidak memilih produk saya,maka dunia akan kiamat"

Seluruh media, termasuk media arus utama, tak luput dari memberitakan perkembangan dari berita jualan hoaks sehingga mendominasi sebagian besar dari laman media yang tersedia.

Bagi orang yang awam politik seperti diri saya,tentu saja fenomena  jual hoaks ini,menciptakan kebingungan. Seakan berita hoaks kini sudah menjadi menu santapan resmi pagi ,siang dan malam. Sambil ngopi pagi yang dibaca hoaks, buka WA Grup, isinya juga hoaks.  Makan siang bersama teman teman diwarung,yang dibicarakan juga hoaks dan santap malam bersama keluarga,tidak jarang ,berita hoaks ikut menjadi kudapan malam.

Semoga Badai Ini Cepat Berlalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun