Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Tak Ada Lagi Kesempatan untuk Minta Maaf

30 November 2018   08:34 Diperbarui: 30 November 2018   09:51 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : sevdalaryalann.tumblr.com

Setiap orang ,selama perjalanan hidupnya  pasti pernah berbuat kesalahan.Ada kesalahan yang mengakibatkan kerugian materi dan ada juga yeng menimbulkan kerusakan secara moral. Contoh sederhana,akibat kurang hati hati,ketika mengemudikan sepeda motor,kita telah tanpa sengaja menyenggol penjual cendol. Akibatnya ,jualannya tumpah,bahkan belanga berisi cendol pecah berantakan.  

Walaupun sama sekali tidak disengaja,namun karena telah mengakibatkan kerugian pada orang lain,maka tentu saja ,tidak cukup dengan minta maaf. Selain dari minta maaf,kita harus mau merogoh kantong kita dan mengganti apa yang pecah ,beserta kira kira kerugian yang dideritanya. Karena kita sudah minta maaf dan mengganti  dalam jumlah yang dapat diterima oleh Penjual Cendol tersebut,maka kita bisa berlalu dari tempat kejadian. 

Walaupun sudah minta maaf dan mengganti seluruh kerugian,namun tetap saja ada rasa bersalah dalam diri,karena akibat kelalaian kita,Penjual Cendol tadi seharian tidak dapat berjualan. Tapi rasa bersalah ini ,hanya bersifat dangkal.karena kita sudah berbuat sesuatu,yakni minta maaf dan mengganti kerugian.

Ketika Tidak Ada Kesempatan Untuk Minta Maaf

Salah satu kesalahan yang pernah saya lakukan pada waktu masih di SMP Kelas 1 ,sangat membekas dalam di jiwa saya.Karena akibat kelalaian saya.nenek saya meninggal dunia.Pada waktu itu,nenek saya jatuh sakit .Karena tidak kuat untuk berjalan ,maka dokter dipanggil. Dokter Lim yang buka praktik di Pondok,bersedia datang,karena sudah merupakan dokter keluarga. 

Setelah diperiksa,terus dokter memberikan resep obat,untuk nenek saya. Saya ditugaskan untuk membeli obat di Apotik ,yang jaraknya cuma 10 menit naik sepeda.Maka saya meninggalkan pekerjaan rumah yang sedang saya kerjakan dan langsung ke Apotik  .Tampak lumayan banyak yang antrian disana dan setelah menyerahkan resep kepada  petugas,saya dikasih nomor  37. 

Lumayan lama berdiri ,karena seluruh bangku sudah penuh terisi,maka ketika nomor 37 dipanggil,saya bergegas ke petugas .Petugas memeriksa nomor dan cocok,maka setelah menyelesaikan  pembayaran,saya langsung membawa bungkusan obat tersebut ,untuk dibawa pulang.

Setibanya dirumah,saya serahkan bungkusan obat tersebut kepada kakak saya. Lalu saya kembali melanjutkan tugas ,mengerjakan pekerjaan rumah,yakni aljabar dan ilmu ukur. 2 mata pelajaran yang paling tidak saya sukai. Kemudian ,karena sudah larut malam,saya kekamar dan tertidur pulas.

Subuh Nenek Saya Meninggal

Tiba tiba saya tersentak,karena mendengarkan ada suara tangisan,yang memanggil manggil nenek saya. Saya kenal suara itu adalah suara ibu saya.Maka saya berlari keluar kamar.Ternyata dikamar nenek ,sudah berkumpul semua saudara saudara saya.  Kemudian tangisan semakin keras. Ternyata nenek saya sudah menghembuskan nafas terakhir.

Semua kami berduka,termasuk saya ,yang paling manja dengan nenek.Karena ketika masih TK dan kelas 1 dan 2 SD,selama tiga tahun,saya dan adik saya diantarkan oleh nenek dengan berjalan kaki kesekolah.Bahkan menunggu hingga kami pulang sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun