Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ikut Bangga dan Bersyukur, Mantan Anak Didik Sukses!

17 November 2018   19:30 Diperbarui: 17 November 2018   19:54 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan foto; tahun 1967 di SD RK II  di Kota Padang/bersama murid murid saya./foto kiriman dari Anton Suherman

Keterangan foto; tahun 1967 di SD RK II  di Kota Padang/bersama murid murid saya./foto kiriman dari Anton Suherman
Keterangan foto; tahun 1967 di SD RK II  di Kota Padang/bersama murid murid saya./foto kiriman dari Anton Suherman
Hubungan Sempat Terputus ,Tapi Hari Ini Sudah Bertaut Kembali

Sejak beberapa bulan lalu, entah apa yang menyebabkan, tiba tiba saja nomor Ponsel saya yang sejak 10 tahun lalu digunakan secara aktif, berubah menjadi nomor  ponsel Indonesia, yakni +6281372425991 Padahal saya sama sekali tidak merasa pernah memiliki nomor tersebut. 

Saya sudah datangi counter Vodafone di Joondalup,Western Australia dan menanyakan,mengapa nomor ponsel Vodafone yang saya gunakan, bisa berganti dengan nomor Indonesia? Yang ditanya malah bingung dan balik menanyakan, mengapa anda tidak bertanya ke telkomsel di Indonesia? Saya sudah coba hubungi telkomsel di Jakarta, tapi jawabannya: "Maaf, kami tidak tahu pak"

Akibatnya, dalam catatan WA grup teman teman,seakan akan: "Tjiptadinata Effendi left". Antara lain, nama saya tidak ada lagi di K -100 dan tidak ada lagi di Grup WA Alumni Don Bosco. Begitu juga dari Grup WA ST. Franciscus, yang anggotanya adalah mantan murid-murid saya semasa di SD, nama saya tidak lagi ada disana. Setiap hari, saya harus menjelaskan,bahwa bukan saya yang "left" tapi tanpa dikehendaki, nomor WA saya  tiba tiba berubah, tanpa setahu saya hingga saat ini.

Anton  Suherman / pengusaha, kini di Jerman
Anton  Suherman / pengusaha, kini di Jerman
Bisa Terjadi Kesalah Pahaman

Hal ini,tampak sepele,tapi sesungguhnya bagi saya pribadi, berdampak negatif karena banyak yang mengira bahwa saya tidak menjawab pesan WA yang berkali kali dikirim kepada saya dan ada juga yang bertanya,mengapa saya: "left" dari grup? Apakah ada yang salah?" Salah satunya pesan dari Anton Suherman yang kini sedang berada di Jerman bertanya: "Mengapa saya tidak akitif lagi di WAG St.Fransiscus?" Setelah saya jelaskan, baru hari ini saya bisa bergabung kembali dengan WAG mantan murid murid saya.

keterangan foto: tahun lalu ,kami sempat makan bersama di restoran Padang Sari Minang di jalan Juanda. Namun, Kian Liang yang duduk disebelah bu Roselina,merupakan pertemuan dan jamuan akhir,karena seminggu setelah santap bersama,dapat kabar dari istrinya,bahwa Kian Liang sudah meninggal. Kami kehilangan ,satu lagi mantan anak didik dan sekaligus teman. Sejak saat itu. entah karena apa,saya :"left" dari grup.tanpa saya kehendaki.
keterangan foto: tahun lalu ,kami sempat makan bersama di restoran Padang Sari Minang di jalan Juanda. Namun, Kian Liang yang duduk disebelah bu Roselina,merupakan pertemuan dan jamuan akhir,karena seminggu setelah santap bersama,dapat kabar dari istrinya,bahwa Kian Liang sudah meninggal. Kami kehilangan ,satu lagi mantan anak didik dan sekaligus teman. Sejak saat itu. entah karena apa,saya :"left" dari grup.tanpa saya kehendaki.
Khairul mendampingi putrinya yang diwisuda / foto kiriman Anton Suherman
Khairul mendampingi putrinya yang diwisuda / foto kiriman Anton Suherman
Sekiranya Anton Suherman tidak bertanya, mungkin selanjutnya hubungan komunikasi saya dengan mantan anak-anak didik saya terputus hingga disini saja. Karena terjadi: "error" yang hingga kini belum diketahui sebabnya, banyak orang yang kecewa dan sedih,karena menganggap saya tidak menjawab pesan via WA. Salah satunya, menulis: " Pak,mengapa sejak Kian Liang meninggal, bapak tidak lagi aktif di WAG? Kan murid bapak tidak hanya satu orang,masih ada kami  Terasa banget, ada rasa sedih, karena merasa sejak kami makan bersama di  Rumah makan Sari Minang dan seminggu kemudian, salah seorang mantan anak dididik saya yang bernama Kian Liang, meninggal dunia. Saya baru tahu, setelah diberitahu oleh istrinya dan kami sudah berada di Australia.

Syamsu ,profesi sebagai dokter/foto kiriman Syamsu
Syamsu ,profesi sebagai dokter/foto kiriman Syamsu
Menjadi Pelajaran Berharga

Kejadian yang tampak  merupakan hal sepele ini,menjadi pelajaran berharga bagi saya,bahwa perlu dilakukan :"check and recheck" agar jangan smapi terjadi kesalah pahaman yang dapat menyebabkan terputusnya hubungan baik, yang selama ini sudah terjalin.

Saya sudah mencoba bertanya,pada orang orang yang saya anggap piawai dalam hal tehnik komunikasi, tapi hingga saat ini belum ada seorangpun yang dapat memberikan solusinya, bagaimana agar nomor Ponsel Australia saya +614222090.... " tidak mengalami perubahan, bila saya komunikasi dengan teman teman di Indonesia. Ternyata, masalah yang sangat sepele, sangat sulit mencari solusinya?

Namun,terlepas dari masalah :"error mysterius " tersebut,ada sebuah kebahagiaan tak ternilai.Mereka dulu adalah murid murid saya.kini sudah jadi orang sukses,namun masih tetap menyayangi kami,seperti dulu. Sungguh benar seperti kata pribahasa:"Apa yang kita tabur,akan dituai" .Kami memperlakukan mereka dulu.bukan hanya sebatas murid,melainkan tak ubahnya anak anak kami sendiri.

Mereka bebas datang bertandang kerumahj kami ,kapan saja mereka ada waktu. Hubungan baik,yang tak lekang karena panas dan tak  lapuk.terkena hujan. Januari tahun depan,kami berjanji akan bertemu dan makan bersama lagi.

Walaupun dulu  yang mengundang adalah saya  ,namun usai makan siang,kami berdua yang ditraktir oleh mantan anak didik kami. Bukan masalah makan gratisnya,namun rasa kasih sayang yang tak pupus dimakan waktu selama kurun waktu 50 tahun,sungguh tidak mudah merawatnya. Satu satunya,yang mampu mengawal kasih sayang ini adalah ketulusan hati.

Terima kasih kepada mantan anak didik saya  ,setengah abad lalu  ,yang kini sudah menjadi sahabat sahabat baik saya. Semoga persahabatan ini terus berlanjut,hingga akhir hayat.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun