Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tebar Pesona Bermetamoforsis Menjadi Tebar Kebencian?

9 November 2018   18:21 Diperbarui: 9 November 2018   19:19 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Kalau dulu orang bangga mengenakan pakaian lengkap, yang pria dengan jas dan dasi serta kaum wanita mengenakan gaun panjang hingga terseret di lantai. Setelah itu masih dilengkapi dengan syal dalam beragam corak dan warna. Kalau menghadiri resepsi pernikahan maupun acara resmi, semakin hari semakin tampak perubahan yang mencolok.

Kini orang ke acara makan malam resmi, merasa cukup mengenakan kemeja batik dan kaum wanita mengenakan pakaian seminim-minimnya mengikuti mode mutakhir. Kalau dulu, ada robek sedikit saja baik pada pakaian maupun pada celana, maka orang akan sangat malu mengenakannya.

Biasanya yang memiliki cukup dana akan menjadikannya pakaian rumah dan membeli yang baru. Sedangkan yang ekonominya pas-pasan, akan membawa ke penjahit, untuk dirapikan kembali, sebelum digunakan.

Tapi kini, malah generasi muda, bangga mengenakan celana jin yang robek pada bagian lututnya, bahkan harganya jauh lebih mahal ketimbang celana jin yang utuh. Begitu juga dengan cara berpakaian sudah berubah secara total. Kalau dulu semakin tertutup semakin bangga, kini banyak generasi muda yang bangga mengenakan pakaian seminim mungkin. 

 Memasuki Era  Evolusi Terbalik?
Ada  rasa kekhawatiran yang menyelinap dalam benak, menengok semakin hari, orang menjadi semakin pemberang dan buas. Jangan-jangan kita sedang  dalam proses menjalani evolusi terbalik?

Dari manusia yang santun dan menyantuni sesamanya, kini berbalik arah, dari manusia peramah menjadi pemarah. Dari manusia yang penuh berbelas kasih, berubah menjadi manusia pemberang?

Menyaksikan kemarahan dan saling menghujat di depan mata sendiri, mendengarkan, membaca lewat mainstream maupun medsos dan  menyaksikan berbagai tayangan di televisi bahwa memang kita sudah  berubah menjadi bangsa yang pemarah. 

Kalau tempo dulu orang berdandan dan selalu tersenyum untuk menebarkan pesona diri, kini sudah berbalik arah menjadi tebar kebencian. Silakan menyaksikan lewat Youtube  atau video, betapa wajah-wajah beringas kini menjadi kebanggaan. Kata-kata sadis dan jauh dari santun, kini menjadi trending di mana-mana.

Tidak perlu berselancar di google, cukup membuka ponsel dan baca apa yang ada pada WAG? Isinya dapat dikatakan 80 persen adalah ujar kebencian terhadap kelompok yang dianggap berseberangan.

Suara-suara yang mengimbau untuk mencegah tercetusnya pertumpahan darah gara-gara tebar kebencian, seakan sebatang jarum yang jatuh ke samudra lepas. Sama sekali tidak mampu menghentikan perang "tebar kebencian" ini.

Sedikit Saja Gesekan Maka Api Kemarahan akan Menghanguskan Semuanya
Hal-hal kecil dapat menjadi pemicu keberangan berantai, bukan hanya satu atau sepuluh, tapi ribuan orang dalam hitungan detik langsung ikut marah, tanpa merasa  perlu menyimak apa yang sesungguhnya terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun