Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ziarah yang Memberikan Pelajaran Tentang Ilmu Hidup

15 September 2018   18:16 Diperbarui: 15 September 2018   18:25 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap umat beragama memiliki tempat tempat ziarah yang disebutkan sebagai "Holly Land" atau kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya "Tanah Suci".

Mengapa saya awali dengan kosakata "Holly Land" adalah untuk menunjukkan bahwa tulisan ini tidak merujuk kesalah satu Tanah Suci suatu agama tertentu, untuk menghindari kesalahpahaman.

Bagi saya dan istri, kesempatan untuk berkunjung ke "Holly Land" di Lourdes, Prancis, tentu merupakan rasa syukur yang tidak terhingga. Karena tidak banyak orang yang mendapatkan kesempatan untuk kesana.

Bukan masalah keuangan, melainkan banyak faktor lainnya. Antara lain faktor kesehatan dan mungkin juga faktor pengurusan Visa Schengen yang tidak mudah diperoleh.

Tapi kami sangat beruntung hingga dua kali mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Lourdes dan tinggal di sana selama dua minggu.

Bagaimana perasaan kami selama di sana? Tentu tidak mudah mengungkapkannya dalam kata-kata. Khususnya ketika kami mengambil bagian dalam prosesi lilin di malam hari, di mana berbagai bangsa di dunia menyatu dalam doa dan nyanyian Ave Maria.

Pengalaman spiritual ini tentu hanya dapat dirasakan secara amat pribadi. Hal yang mungkin saja bagi orang lain, sama sekali tidak menyentuh.

dok.pri
dok.pri
Ziarah Pendahuluan

Jauh sebelum kami mendapatkan kesempatan untuk berziarah ke Lourdes, sesungguhnya kami sudah terlebih dulu berziarah ke daerah permukiman yang memberikan kami pencerahan tentang makna hidup sesungguhnya.

Betapa makanan yang bagi kita dianggap makanan membosankan, bahkan tidak jarang kita tengok orang hanya makan setengahnya dan sisanya dibuang begitu saja, ternyata bagi orang lain sangat berarti.

Melihat secara langsung, bagaimana mereka hidup jauh di bawah taraf kehidupan yang layak, membuat saya malu pada diri sendiri. Karena selama ini, merasa bahwa hidup kami selama  tujuh tahun adalah hidup yang paling sengsara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun