Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Berkekurangan Bisa Menyebabkan Orang Jadi Sangat Sensitif

6 September 2018   10:40 Diperbarui: 6 September 2018   11:46 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: tribunnews.com

Bercerita tentang kehidupan di "Pulau Karam" tentu jangan diharapkan akan ada kisah-kisah sukses. Karena rata-rata yang tinggal di daerah ini dulunya adalah keluarga yang tidak mampu membeli rumah di daerah bebas banjir. Karena itu kisah hidup adalah rata-rata kisah sedih dalam menjalani hidup.

Mau Membantu Orang Tidak Selalu Mudah

Karena itu, bila suatu waktu ada niat untuk membantu orang yang berkekurangan maka perlu diperhatikan faktor psikologi. Hindari hal-hal yang dapat menjadi bumerang bagi diri kita, antara lain:

Karena tidak mau berurusan dengan suaminya yang bersifat kasar, maka kita mungkin berniat baik, dengan menyerahkan bantuan lewat istrinya. Justru hal ini akan memancing petaka. Karena dikira "ada udang dibalik batu" atas pemberian kita. Belum lagi, bilamana kita membawa sesuatu untuk diberikan kepada keluarga yang berkekurangan, yang sama sekali tidak dikenal. Harus benar-benar secara cermat .

Karena seperti yang sudah dituliskan di atas, orang yang hidup dalam kemiskinan dan tidak bisa menerima kenyataan, sangat mudah meradang. Bahkan niat baik kita memberikan sesuatu bisa jadi ditanggapi dengan rasa curiga atau malahan sakit hati, karena merasa terhina. 

Pengalaman Pribadi:

Ketika membagikan bantuan ketika Yogya diguncang gempa, malam itu kami masuk hingga ke pelosok-pelosok, Dan semua menerima dengan rasa haru dan terima kasih. Begitu juga ketika Padang diguncang gempa bumi, semua menerima dengan rasa terima kasih. Akan tetapi, ketika banjir melanda Jakarta, ketika bermaksud mengulurkan bantuan ala kadarnya, disambut dengan ucapan "Kami bukan pengemis".

Pengalaman yang melukai hati, karena niat baik disambut dengan kasar. Tapi tentu jangan sampai kita menghentikan langkah untuk berbuat baik hanya karena ada sebagian orang yang tidak menerima niat baik kita.

Untuk menjadi orang baik sungguh tidak mudah! Buktinya sudah 75 tahun belajar jadi orang baik, ternyata masih jauh panggang dari api.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun