Bangunan yang sudah berusia 200 tahun ini,secara keseluruhan masih tampak berdiri dengan megah. Dengan sekali memandang,walaupun bukan seorang ilmuan, setiap orang akan mengetahui bahwa bangunan ini adalah peninggalan kebudayaan abad lalu yang dijaga keasriannya. Dinding tembok masih tampak berdiri kokoh dan megah.
Walaupun di sana sini, karena perjalanan waktu yang begitu panjang,ada beberapa bagian yang direnovasi, namun sama sekali tidak mengurangi keindahan bangunan kuno yang artistik ini. Kami mengelilingi bangunan ini dengan berjalan kaki untuk dapat menikmati sejengkal demi sejengkal, ketimbang hanya menengok sekilas lewat jendela kendaraan. Walaupun lumayan melelahkan,berjalan kaki diudara Italia, yang sedang dalam musim panas.
Ada kali yang memisahkan bangunan ini dengan jalan raya,namun karena musim panas, maka airnya tampak mengering. Dibeberapa tempat tampak tumbuhan merambat yang menempel di dinding bangunan,seakan sengaja dibiarkan, agar semakin mendukung keasrian bangunan kuno ini.
Kebetulan adik kami mengajar di sini, maka kami menyempatkan diri untuk singgah beberapa saat. Yang disambut oleh Petugas yang sedang berjaga disana dengan antusias.Â
Membantu anak-anak asrama yang membutuhkan bantuan untuk berbagai mata pelajaran, makan bersama mereka dan sekaligus menginap disana. Sehingga dengan demikian, dalam sebulan,guru yang mendapatkan giliran tugas sebagai Pengawas asrama,hanya masuk kerja maksimal 12 hari dan selebihnya libur.Â
Sekolah ini merupakan sekolah negeri,sehingga secara otomatis guru yang mengajar disini,berstatus PNS. Bagaimana cara mereka mengatur antara tugas sebagai guru dan sekaligus terkadang sebagai Pengawas Asrama, tidak saya tanyakan, karena terlalu mendetail.
Hanya beberapa ratus meter dari sekolah, terdapat satu satunya restoran, yang dibangun berdempet dengan dinding bangunan, sehingga dari kejauhan tampak kentara, perpaduan gaya bangunan kuno dan modern. Restoran ini, merupakan restoran elit di daerah ini. Beruntung kami masuk beberapa menit sebelum jam makan siang sehingga kebagian tempat duduk.Â
Secara umum, untuk santap siang disini ada pilihan menu, berupa spagetti yang diberikan bumbu daging giling dan saus tomat, ditaburi bubuk keju atau Macaroni. Lazimnya  disamping menu yang dipesan, ada roti tawar kering yang sudah dipotong potong dan disediakkan dipiring. Kalau merasa sudah lapar sementara pesanan belum tiba, ya lumayan juga menikmati sepotong roti kering,untuk menganjal perut.Â
Selama sepuluh hari disini,bleum ketemu nasi,memang rasanya ada yang aneh. Maklum sejak dari mulai bisa mengunyah hingga usia melalui 75 tahun sehari harian tidak pernah absen dari nasi. Begitulah menurut perasaan saya sebagai orang indonesia, yakni makan sekenyang apapun, kalau belum dapat nasi serasa masih ada yang kurang. Sebagai penutup, ada irisan buah segar dan tentunya secangkir ekspresso, yakni kopi kental tanpa gula.
Apa yang saya rasakan adalah rasa syukur yang mendalam, Membayangkan untuk tiket pulang pergi dikasih anak anak dan untuk tinggal dan biaya hidup selama sebulan disini,ditanggung adik kami, mau apalagi kalau bukannya bersyukur?Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H