Merayakan Pertemuan Namun  Sekaligus Pesta Perpisahan
Setidaknya bagi kami kemarin, 18 Juli ,2018 sungguh merupakan sebuah pertemuan yang langka. Tiba tiba saja saya sadar bahwa setelah terpisah selama puluhan tahun, kami bisa bertemu kembali, justru di Italia. Sadar bahwa selain dari diri saya yang pernah menjadi guru di SD dan SMP Pius di Padang dan istri saya yang mengajar di Kalam Kudus, SMP Murni dan di SMA Pembangunan, ternyata Margaretha dan suaminya Sandro hingga kini masih bertugas sebagai guru di Padova. Dan yang lebih menakjubkan adalah  Un Mei dan Aho, suami istri adalah juga guru  di Penang, bahkan Aho adalah kepala sekolah disekolah negeri di sana. Berarti kami keenamnya adalah guru dan mantan guru. Aneh dan unik rasanya, tapi inilah kenyataannya.
Malam tanggal 18 Juli, kemarin kami merayakan pesta Ultah ke 75 istri saya dan ultah pernikahan ke 25 adik kami Margaretha dan Sandro. Namun pesta ini sekalgus menghadirkan rasa sedih karena sekaligus merupakan pesta perpisahan. Karena Mei dan Aho sudah lebih dulu berada disini dan sudah waktunya untuk kembali ke Pulau Penang. Entah bagaimana rasanya, menamakan peraasaan kami malam tadi. Berbahagia, karena kerinduan kami untuk bertemu telah terwujud, sekaligus dua perayaan kami padukan, yakni Ultah pernikahan adik kami dan sekaligus Ultah Istri saya. Namun disaat saat kami menyanyi, tiba tiba menyelip rasa sedih karena hari ini, tanggal 19 Juli 2018, Mei dan Aho, sudah harus kembali ke Malaysia.
Bertemu di negeri orang,setelah berpisah hampir setengah abad,puas saling berbagi kisah hidup, kami menyanyi bersama sama. Lagu :"Kampuang den nan jauah dimato", Indonesia Tanah Air Beta, Babendi Bendi dan  lagu lagu nostalgia masa lalu. Walaupun suara kami serak serak falls tapi tidak mengurangi suasana bahagia Akan tetapi mendekati tengah malam.
ketika Mei dan Aho, mohon pamit karena hari ini mereka akan  kembali ke Malaysia, kami semuanya terdiam. Seakan tergiang lirik lagu: "Kemesraaan ini janganlah cepat berlalu". Namun perpisahan tidak dapat kami elakkan, Entah bagaimana menamakan perasaan seperti ini, merayakan pertemuan namun sekaligus menjadi pesta perpisahan.
Terasa benar, kalimat yang mengatakan: "di mana ada pertemuan, maka disana akan ada perpisahan" Memang seperti inilah hidup, kegembiraan hati, karena kerinduan hati untuk bertemu menjadi kenyataan, tetapi sekaligus menghadapi kenyataan bahwa hari ini kami harus berpisah lagi, Kami menghibur diri dengan menyanyikan  lagu:"Bapisah, bukannyo bacarai" Kami berpisah, tapi bukan bercerai.
Semoga Tuhan mempertemukan kami kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H