Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Biarkan Berkah Berubah Jadi Kutukan

14 Juli 2018   09:05 Diperbarui: 14 Juli 2018   09:28 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: phesolo.wordpress.com

Dikaruniai usia panjang sehingga dapat menengok cucu cucu dan bahkan mungkin hingga cucu buyut kita lahir tentu merupakan harapan orang banyak dan sekaligus merupakan berkah bagi kita. Akan tetapi ternyata tidak semua orang merasakan usia panjang sebagai sebuah berkah, malahan tidak sedikit yang merasakannya sebagai sebuah kutukan. 

Membicarakan tentang kegagalan orang lain dalam mempersiapkan hari tua mereka, tentu bukan dengan maksud mengedepankan keberhasilan diri, apalagi menertawakan nasib orang. Melainkan untuk dapat dipetik manfaatnya oleh orang banyak. Dalam menempuh perjalanan hidup yang menapaki usia ke 76 tahun, tentu saja bagi saya pribadi dan keluarga merupakan hal yang sangat patut disyukuri. Akan tetapi ternyata tidak semua teman teman sebaya saya, bahkan yang usia nya jauh terpaut lebih mudah,merasakan hal yang sama. Padahal kalau membalik halaman hidup dimasa muda, saya jauh ketinggalan dari mereka. Namun ternyata ketika menjalani hidup menua, ada beberapa orang teman semasa muda,yang sangat memprihatikan. Mereka menderita lahir batin.

Ketika kesempatan pulang kampung tahun lalu,saya dan istri mencoba mengunjungi beberapa orang teman lama. Ternyata ketika bertemu, sejujurnya saya hampir tidak lagi mengenal wajahnya. Orang yang dulunya ceria dan selalu berbicara berapi api kini hanya tinggal sesosok pria tua renta yang dengan pandangan mata yang kosong. Begitu dalamnya kesedihan yang dialaminya, sehingga ketika berusaha untuk bercerita hanya tangisnya yang pecah dan akhirnya menangis sesenggukan. Padahal dulu sewaktu masih muda,secara ekonomi hidup teman saya jauh lebih baik dibandingkan kami.

Ternyata entah karena apa, usaha yang selama ini ditekuni mengalami kebangkrutan, bahkan rumah tinggal yang dijadikan agunan sudah lama disita pihak bank karena tidak mampu melunaskan pinjamannya. Kini menumpang tinggal dirumah putranya yang kondisinya juga sangat memprihatinkan.

Ada yang Jualan Air Minum

Di usia menjelang 70 tahun, salah seorang teman lama kami temui duduk beralaskan kotak kayu sedang menawarkan minuman yang menjadi usahanya, karena hal yang sama, yakni mengalami kebangkrutan dan tokonya sudah dijual guna menutupi seluruh utang utangnya. Bayangkan duduk seharian hanya untuk menunggu, kalau ada yang membeli minumanya mungkin akan dapat keuntungan 10 -20 ribu rupiah nselama seharian.

Bahkan ada yang sambil menangis menceritakan betapa ia dimarahi mantunya karena sering minta uang pada putrinya. Dan sejak itu ia tidak lagi berani berkunjung ke rumah putrinya. Hal yang sangat mengiris hati. Di hari tua yang seharusnya dapat dinikmati bersama anak anak dan cucu cucu berubah menjadi seperti neraka dunia.

Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Antara  lain adalah:

  • menempatkan anak sebagai investasi di hari tua
  • mempersiapkan masa depan anak dan lupa mempersiapkan hari tua diri sendiri
  • hidup yang konsumtif
  • hidup yang mengikuti tren tanpa memikirkan akibatnya

Jangan lupa, bahwa apa yang terjadi pada orang lain bukan tidak mungkin terjadi juga pada diri kita bila kita tidak mempersiapkan hari tua yang mandiri secara cermat. Jangan biarkan hari tua yang seharusnya jadi berkah, berubah menjadi sebuah kutukan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun