Menuntut Kesempurnaan
Sifat manusia pada umumnya adalah selalu ingin lebih baik. Dari satu sisi, tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang amat positif. Sebab dengan demikian, orang akan selalu berusaha untuk terus belajar menjadi lebih baik. Dengan bersandar pada falsafah hidup: "Hari ini lebih baik dari kemarin".
Akan tetapi akibat begitu antusiasnya, niat awal yang baik di tengah jalan mengalami perubahan arah. Yakni orang tidak lagi berusaha untuk belajar memperbaiki diri, malahan menuntut pasangan hidup dan seluruh anggota keluarganya untuk tampil sempurna.
Mulai Dari Hal Kecil Hingga Masuk Kedalam Kehidupan Pribadi
Bangun pagi berharap :
- istri sudah rapi berdandan
- sarapan sudah tersedia dimeja
- anak anak sudah rapi berpakaian
Suami, sebagai Kepala Keluarga, yang merasa sudah bekerja keras untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak istri, merasa patut mendapatkan tempat istimewa dalam rumah tangga. Begitu selesai mandi, tinggal melenggang duduk di meja makan yang sudah apik dan secangkir kopi yang masih mengepulkan asap karena hangat.
Bila salah satu saja dari hal yang diharapkannya di atas tidak tercapai, maka kening sudah mulai berkerut. Dan sambil mengunyah sarapan pagi, mulut mulai berkotbah, bahwa seharusnya seorang istri tahu menghargai suami yang sudah kerja keras setiap hari, dengan selalu tampil rapi, begitu bangun pagi, serta mempersiapkan seluruh kebutuhan anak-anak untuk ke sekolah.
Walaupun zaman feodal sudah sejak lama berlalu, tapi sifat-sifat feodal masih terus dilestarikan dalam kehidupan berumah tangga.
Hal Yang Sama Terulang Lagi di Malam Hari
Begitu pulang ke rumah, berharap istri sudah menunggu di tangga dengan senyuman manis dan berpakaian rapi. Rumah sudah dalam keadaan rapi dan anak-anak sudah duduk manis di kursi masing-masing. Handuk untuk mandi dan air hangat sudah dipersiapkan untuk "Boss" mandi. Bagi istri yang memang tidak bekerja dan hanya dalam posisi ibu rumah tangga, boleh jadi aturan main seperti ini bisa diterima dengan berlapang dada.
Akan tetapi di zaman kini, sudah amat jarang seorang wanita siap untuk hidup sebagai "pembantu seumur hidup" dalam rumah tangganya. Walaupun status resminya adalah nyonya rumah, namun dalam keseharian, fungsi yang dijalankannya adalah peran pembantu rumah tangga, "all in".