Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Raja Alim Raja Disembah" Sudah Tidak Berlaku Lagi di Yogya?

5 Mei 2018   08:24 Diperbarui: 5 Mei 2018   08:33 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar:tribun.news.com


Kemajuan Zaman, Kemunduran Pekerti?

Ada banyak pribahasa yang dulu sangat populer,tapi seiring dengan kemajuan zaman,telah memudar dan dilupakan orang.Antara lain adalah,yang berbunyi :" Raja Alim Raja Disembah,Raja Lalim Raja Disangggah" 

Mengapa saya tiba tiba jadi ingat pribahasa yang sudah hampir tidak lagi dikenal generasi zaman mileneal ini,adalah karena sangat terperanjat,membaca berbagai tulisan dimedia sosial.betapa teganya orang menuliskan spanduk yang bertuliskan :"Bunuh Sultan" .Seakan yang menulisnya sudah tidak lagi memiliki akhlak sebagai bangsa Indonesia

Saya Bukan Orang Yogya,Tapi Merasa Malu Membaca Tulisan Tak Bermoral Tersebut

Apa yang sudah terjadi di Yogya,sesungguhnya secara langsung tidak ada hubungannya dengan diri saya pribadi. Walaupun ada mantu kami berasal dari Jawa dan adik ipar saya juga orang Jawa,tapi saya pribadi adalah orang kelahiran Padang,yang sama sekali tidak ada hubungan dengan Sultan di Yogya. Tapi membaca spanduk dan coretan di dinding ,yang tega teganya menuliskan kata kata :"bunuh" ,sungguh sangat keterlaluan dan walaupun saat ini saya tinggal di Australia,saya merasa sangat malu,bahwa ada orang Indonesia yang berprilaku begitu jorok.

Sempat saya merenung diri,apakah kemajuan zaman ,telah ikut mengerus pekerti sebagian generasi muda,sehingga kehilangan jati diri sebagai orang Indonesia ? Entahlah,saya sungguh tidak tahu jawabannya. Apalagi  bagi masyarakat Yogya,yang walaupun sudah tidak ada lagi kerajaan ,tapi setidaknya setitik rasa hormat kepada Sultan seharusnya masih tersisa ,bilamana orang masih punya hati.

Secara Pribadi Saya Pernah 3 Jam Bersama Sultan

Saya bukan siapa siapa. Pejabat bukan,pengusaha juga sudah lama pensiun,orang penting juga nggak,tapi diterima langsung oleh Sultan Hamengkubuwono X ,di Keratonnya.Saya dan istri disambut ,sebagai layaknya teman.Tidak ada acara sowan sowan ,apalagi sampai cium cium tangan.Langsung bersalaman dan diajak masuk kedalam ruang tamu.

Disuguhi teh manis hangat oleh si mbak dan kemudian kami ngobrol sana sini dengan Sultan selama tiga jam. Bahkan ketika Sultan  mau merokok,mengatakan :"Maaf ya bapak ibu,saya merokok ya " Bayangkan seorang Sultan mau merokok di keraton sendiri,masih menggunakan kesantunan dengan minta izin pada kami,yang bukan siapa siapa.

Dan hal yang semakin menambah rasa hormat kami adalah selama tiga jam kami berbicara,tidak sekali juga Sultan Hamengkubuwono X ,mengucapkan kata :"Anda" ,selalu mengucapkan kata :"Bapak atau Ibu" ,Padahal seandainya  Sultan mengucapkan kata :" anda " kepada kami berdua,tentu saja sangat wajar,mengingat kami orang biasa ,sedangkan dirinya adalah Sultan Yogya

Saya Bukan Orang Yogya,Tapi Saya Menghargai dan Menghormati Sultan Yogya

Saya tidak percaya pelaku yang tega menuliskan kalimat :"Bunuh Sultan" itu adalah orang Yogya.Karena saya saja yang bukan orang Yogya,menghargai dan menghormati Sultan .Masa iya orang Yogya ,tidak menghargai Sultan mereka sendiri?"

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun