Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketemu Sesama Orang Indonesia di Luar Negeri, Perlukah Berbahasa Inggris?

5 Mei 2018   05:12 Diperbarui: 5 Mei 2018   21:07 2921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan bersama masyarakat Indonesia di Wollongong/dokumentasi TJIPTADINATA EFFENDI

Kalau sesama pelajar saling berbicara dalam bahasa lokal di negeri orang, tentu saja sangat disarankan, untuk memperlancar conversation dan menambah pembendaharaan kata. Karena kalau tinggal di negeri orang dan hanya mau bergaul dengan sesama orang Indonesia, tentu akan mengalami kelambanan dalam menguasai bahasa setempat.

Hal ini terbukti dengan banyaknya orang yang sudah tinggal di Australia selama belasan tahun, bahasa Inggrisnya lebih sama parahnya dengan bahasa Inggris saya. Karena mereka hanya mau berkomunikasi dengan warga lokal. Ketika ada keperluan berbelanja. Kalau dulu, saya berpikir bahwa orang Eropa pasti bisa bahasa Inggris, karena "sama-sama bule". Tapi sejak tinggal di Australia, saya baru paham bahwa banyak "bule" yang bahasa Inggrisnya sama amburadulnya seperti diri saya.

Hal ini saya temui ketika mendapatkan kesempatan belajar gratis bahasa Inggris selama 300 jam di Illawarra Multicultural Service di NSW. Ternyata banyak orang Italia dan orang Spanyol, serta teman teman asal dari Rusia dan sekitarnya yang sama-sama belajar bahasa Inggris.

Risih mendengar orang Indonesia lupa bahasa negeri sendiri
Saya dan istri hampir tidak pernah melewatkan kesempatan untuk hadir dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat indonesia di Australia. Yang sering membuat risih, adalah sebagian besar orang Indonesia, sudah "tidak bisa lagi" berbahasa negeri sendiri karena saling berbicara dalam bahasa Inggris. Padahal yang terlibat pembicaraan seratus persen orang Indonesia.

Mungkinkah mereka, secara mutlak menerapkan "di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung"? Sungguh saya tidak paham. Karena itu, setiap kali bertemu sesama orang Indonesia di Australia yang mulai berbicara dalam bahasa Inggris terhadap saya selalu saya jawab, "Maaf ya pak/bu, saya tidak bisa berbahasa Inggris."

Begitu juga ketika bertemu sesama dengan orang Indonesia di negeri manapun, saya selalu menggunakan bahasa Indonesia. Bukan karena "alergi" berbahasa Inggris, namun alangkah eloknya, sesama orang Indonesia, saling berbicara dalam bahasa ibunya sendiri. Kecuali, ada orang lain yang bukan orang Indonesia terlibat dalam pembicaran, maka tentu tidak elok. Kita membuatnya menjadi risih karena berbicara dalam bahasa Indonesia yang tidak dipahaminya.

Tinggal di negeri orang, tetap orang Indonesia
Tinggal di negeri orang, bahkan mungkin karena alasan tertentu mengganti warna paspor, kita tetap adalah orang Indonesia. Warna paspor, bukan takaran tentang nasionalisme seseorang. Buktinya ada yang paspornya hijau dan tinggal di Indonesia, tapi menggerototi negerinya sendiri.

Tapi, tentu saja setiap orang berhak menentukan gaya hidup masing masing dan tidak ada seorang pun yang boleh mengintervensinya. Karena apa yang menurut saya baik, belum tentu menurut orang lain juga baik. Malahan mungkin saja dianggap tidak mau beradaptasi dengan lingkungan. 

Salam Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun