Setiap orang adalah master bagi dirinya sendiri.Karena itu ia berhak untuk berbuat sesuatu atas dirinya,selama tidak mengganggu  orang lain. Ada orang yang ingin menutupi masa lalunya yang kelam ,yang mungkin pernah hidup terseok seok,demi agar tetap bertahan hidup. Atau mungkin juga ingin menjaga image,agar jangan sampai ada yang tahu,bahwa ia terlahir miskin ,bahkan pernah hidup dalam kemiskinan.
Memaknai Dari Sudut Lain Kehidupan
Cukup banyak sanak famili saya heran,mengapa saya secara terus terang ,membuka "aib" saya ,dengan menuliskan kisah kisah sedih kehidupan kami dimasa lalu. Bahkan utang makan  siang pada Ko San yang jualan nasi di gerobak dan biasa mangkal di depan bioskop purnama di kota Padang?  Apa pula "untungnya" saya menulis tentang kondisi kehidupan kami dimasa lalu yang dinilai "memalukan "karena tinggal di tempat kumuh.yang sesungguhnya tidak layak dijadikan tempat tinggal?
Bagi saya pribadi,hal tersebut adalah untuk menjadi pengingat bagi diri sendiri,agar selalu peduli pada orang lain,yang hidup dalam kekurangan dan sedapat mungkin memberikan perhatian sesuai dengan kemampuan. Selanjutnya,menjadi pelajaran bagi anak anak dan cucu cucu kami,bahwa kalau pada masa ini,kami dapat menikmati kehidupan yang berkecukupan,maka semuanya ini ,patut disyukuri. Dan selalu menjauhkan rasa keangkuhan diri,baik dalam sikap,tutur kata ,maupun dalam tindakan dalam berinteraksi dengan siapapun.
Menceritakan kisah kisah hidup kami yang penuh dengan tantangan yang menakutkan dimasa lalu,berharap akan menjadi inspirasi dan motivasi bagi orang banyak,bahwa kalau kami mampu mengubah nasib ,dari hidup yang hampir mencapai titik nadir,berarti orang lain juga pasti bisa. Serta sekalian mengingatkan,bahwa dari titik nadir ,menuju kepada kondisi hidup yang berkecukupan,ada rentang waktu yang harus dilalui.Â
Seperti kata pribahasa yang terkesan kuno,namun tetap relevan untuk dijadikan pedoman hidup ,yakni:" Tidak seorangpun yang dapat mengubah nasib kita,kecuali diri kita sendiri"Semoga tulisan kecil ini ,mampu menjadi inspirasi bagi yang merasa sedang hidup dalam  kekurangan dan penderitaan.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H