Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat-surat Kartini Mampu Membuat Pembacanya Panas Dingin

20 April 2018   21:46 Diperbarui: 20 April 2018   21:58 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Kompas.com

Peringatan Hari Kartini, sejak dulu sudah menimbulkan pro dan kontra. Antara lain,mengapa harus Kartini? Mengapa bukan Cut Nyak Dhien,yang ikut berperang?Mengapa bukan yang lainnya? Apakah karena Kartini kelahiran Jawa, maka Presiden Soekarno, pilih kasih dalam menetapkan Hari Kartini? Dan banyak lagi komentar komentar miring  yang bikin pusing ,mana yang opini pribadi dan mana yang merupakan bagian dari catatan sejarah?

Belum lagi kalau membaca surat Kartini,yang ditujukannya kepada Ny.Van Kol.21 Juli,1902 ,yang isinya sebagai berikut:

“Ya Tuhan, kadang-kadang saya berharap, alangkah baiknya, jika tidak pernah ada agama. Sebab, agama yang seharusnya justru mempersatukan semua manusia, sejak berabad-abad menjadi pangkal perselisihan dan perpecahan, pangkal pertumpahan darah yang sangat ngeri.

Orang-orang seibu-sebapa ancam-mengancam berhadap-hadapan, karena berlainan cara mengabdi kepada Tuhan yang Esa dan yang sama.

Orang-orang yang berkasih-kasihan dengan cinta yang amat mesra, dengan sedihnya bercerai-berai. Perbedaan gereja, tempat menyeru kepada Tuhan yang sama, juga membuat dinding pembatas bagi dua hati yang berkasih-kasihan.

Betulkah agama itu berkah bagi umat manusia? Agama yang harus menjauhkan kita dari berbuat dosa, justru berapa banyaknya dosa yang diperbuat atas nama agama itu!
  (dikutip dari blog forum lintas batas)

Bilamana orang hanya membaca sepintas surat diatas dan tidak memahami esensialnya,bisa membuat orang yang bertipe agamis,menjadi panas dingin.  Padahal tulisan diatas, adalah penuangan rasa luka dihati Kartini,menyaksikan bangsanya saling bunuh ,karena agama. Dan suka ataupun tidak suka pada isi suratnya,ternyata apa yang dikuatirkan Kartini ,sungguh sungguh sudah terjadi di negeri ini. 

Pengakuan Kartini yang menyebut dirinya sebagai anak Buddha

 Saat Kartini kecil sakit keras. Badannya menggigil. Dokter yang didatangkan ayahnya, Bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, tak sanggup mengobati anak tujuh tahun itu. Lalu datanglah seorang Cina yang sedang dihukum pemerintah Hindia Belanda bertamu ke rumahnya.

Laki-laki Cina itu sudah dikenal oleh tiga anak Sosroningrat. Dia menawarkan bantuan dengan meminta Kartini meminum air yang dicampur abu lidi hio dari sebuah kelenteng di Welahan, kecamatan di Jepara, Jawa Tengah, tempat terdapat banyak rumah ibadah umat Konghucu. Ajaib. Demam Raden Ajeng turun dan ia sembuh.

Cerita itu kemudian ia tulis dalam surat untuk Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, Agama, dan Industri Hindia Belanda. Dalam surat bertarikh 27 Oktober 1902, Kartini berapi-api menceritakan pengalaman itu. "Apa yang tak berhasil dengan obat-obatan kaum terpelajar ternyata berhasil dengan obat tukang jamu," katanya.(sumber bacaan : tempo.co)

Terlepas dari pro dan kontra ,Kartini adalah Pahlawan bagi seluruh bangsa Indonesia !

Selamat merayakan Hari Kartini

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun