Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hindari "Mengutuki" Anak Sendiri

13 April 2018   18:46 Diperbarui: 13 April 2018   19:02 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: depositphotos.com

Pengaruh Kata Kata Negatif Terhadap Anak-anak

Kata :"mengutuki" disini tentu bukan dimaksudkan seperti kisah Si Malin Kundang, Karena malu mengakui ibu kandungnya sendiri, karena merasa sudah menjadi orang kaya dan sukses, maka saking hatinya terluka oleh prilaku anaknya, maka dalam kisah tersebut dikatakan, Wanita ini mengutuki putranya sendiri dan dalam sekejab, Si Malin Kundang berubah menjadi batu.

Walaupun tujuan kisah tersebut ditulis, tentu dengan maksud mengingatkan anak anak muda, agar kalau sudah sukses ataupun kaya raya jangan sampai mengingkari wanita yang telah mengandungnya dan melahirkannya. Peringatan ini disertai dengan ancaman bahwa karena durhaka maka Si Malin Kundang dikutuki ibunya dan menjadi batu. Walaupun dalam hati kecil, kita mungkin bertanya: "Masa iya ada wanita yang betapapun bejat prilaku  anaknya, sampai tega mengutuki darah dagingnya sendiri?"

Kembali Kejudul Tulisan

Ketika anak anak nakal, maka saking marahnya orang tua ,secara tanpa sadar menghamburkan segala "kata kata mutiara",seperti misalnya:"Kamu tahu nggak, orang tua susah payah membesarkan dan menyekolahkan kamu? Kalau kelakuan kamu kayak gini, kamu akan tinggal kelas dan nanti kalau besar kamu jadi kuli tahu!"

Kalimat yang diulangi berkali kali secara tanpa sadar akan menjadi doa kita. Maka jadilah sesuai dengan "kutukan" orang tua, anak tinggal kelas. Secara logika, kata kata yang negatif, mentransferkan  sugesti negatif kedalam alam bawah sadar anak anak. Kata kata: "kamu akan tinggal kelas" dan "kelak kamu akan jadi kuli" dan bila masih diulangi terus, maka jadilah seperti apa yang diucapkan. Anak tinggal kelas berkali kali dan kelak akan menjadi kuli benaran.

Memarahi Secara Positif

Yang namanya anak anak, mana ada yang tidak nakal? Kecuali anak yang mengalami keterbelakangan mental. Ia akan duduk manis dan tersenyum terus sepanjang hari, serta tidak pernah akan merepotkan orang tua. Tapi sebagai anak anak yang terlahir normal, sudah pasti akan bergerak kesana kemari dan mungkin melakukan hal hal yang dilarang. Atau sebaliknya tidak melakukan apa yang diperintahkan.

Maka adalah wajar, kita sebagai orang tua memarahi mereka. Tapi dengan cara memarahi secara positif.  "Ayo stop bermain.sudah waktunya belajar.!" Jangan disampung dengan:" kamu mau tinggal kelas!?"

Jangan Pula "Mengutuki "Diri Sendiri

"Kalau kelakuan kamu seperti ini,lama lama ibu bisa muntah darah ,tahu!?" Setiap kali anak nakal, maka  secara tanpa sadar,ibu mengutuki dirinya sendiri,yakni kalau anaknya tidak mau mengubah kelakuannya dan tetap bandel, maka ia akan muntah darah". Kalimat negatif ini bermuatan sugesti negatif. Maka bila sumpah serapah ini berlangsung terus, jangan heran, bila suatu waktu, sang ibu benar benar batuk batuk karena saking kesalnya melihat kelakuan anak dan kemudian  muntah darah"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun