Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Janganlah Berhenti Sebatas Mengatakan "Kasihan"

3 April 2018   07:56 Diperbarui: 3 April 2018   15:00 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Selama 3 minggu pulang kampung bulan lalu,banyak kejadian kejadian yang membuat hati menjadi miris. Bukan hanya sebatas menyaksikan betapa di  tempat penyeberangan orang berjalan kaki atau lazim dikenal sebagai :"Zebra Cross" ,kendaraan bukannya berhenti dan memberikan kesempatan kepada para pejalan kaki,malahan ada yang membunyikan klakson mobilnya secara bertubi tubi Apa yang mereka pikirkan tentang para pejalan kaki ,sehingga tega melakukan seperti itu,tentu hanya Tuhan dan mereka yang tahu

Hanya Sebatas Mengucapkan :"Kasihan"

Di depan rumah makan Sederhana ,yang berlokasi di jalan Juanda,seorang wanita tua ,entah karena beban barang jualannya berat atau terpeleset,tiba tiba terjatuh. Bungkusan kopi instantnya berserakan dilantai dan termos air panas,serta barang lainnya tumpah di lantai. Banyak orang berdiri disana ,namun hanya terdengar kata :"kasihan" .Tak tampak ada yang bergerak membantu. Saya buru buru turun dari kendaraan  dan berusaha membantu semampunya. 

Tampak wajahnya wanita ini sudah mulai kriput meneteskan air mata. "Sakit bu?" tanya saya.Tapi wanita ini mengelengkan kepalanya ,tangannya menunjuk kepada termosnya yang pecah. "Ini hidup saya pak. Termos saya pecah .Saya tidak bisa cari makan lagi",katanya sambil menangis. Lumayan banyak yang menonton drama singkat ini. Syukur saya bukan pejabat,sehingga tidak ada istilah "pencitraan",ketika menolong orang.

Walaupun bukan hidup berlebihan,tapi bagi saya ,uang untuk membeli termos,tidak ada artinya. Saya ingat di Australia,untuk bayar parkir saja,lebih mahal daripada harga sebuah termos air panas. Tapi bagi wanita tua ini,sungguh menghadirkan rasa syukur mendalam . Berkali kali mengucapkan terima kasih,sambil memegang tangan saya kuat kuat.

Saya tidak sempat menanyakan namanya siapa dan dimana tinggalnya,karena akan jadi tontonan orang banyak disana.

Tulisan Ini Bukan Untuk  Pencitraan Diri

Saya bukan siapa siapa.Hanya seorang kakek,yang juga sering ditolong orang . Ketika saya mengalami kecelakaan dan tidak sadar diri,saya juga ditolong oleh orang yang sama sekali tidak saya kenal.Ketika saya 2 kali hampir tenggelam ,juga ditolong oleh orang nelayan,yang kehidupan mereka jauh dari disebut kaya. Mereka miskin harta,tapi kaya hati.

Hal inilah yang saya jadikan pelajaran hidup dan saya terapkan sepanjang hayat . Bahwa untuk menolong orang,tidak cukup hanya sebatas mengatakan :"kasihan",tapi berbuatlah sesuatu. Tidak harus memberikan uang,tapi membantu semampunya,seperti saya ditolong nelayan,ketika hampir tenggelam. Mereka lebih miskin daripada saya,tapi mereka sudah menyelamatkan hidup saya.

Menolong orang,tidak harus menunggu kaya dan tidak harus tahu,siapa yang akan ditolong.Apakah gadis cantik yang terjatuh atau nenek yang sudah keriput ,yang tergelincir. 

"The beauty of life,not depend on how happy my life,but how happy the others because of me" Keindahan hidup itu tidak tergantung pada seberapa bahagianya hidup saya,melainkan seberapa banyak orang lain,yang berbahagia karena saya berbuat sesuatu untuk mereka" Sungguh,hidup ini,adalah sebuah universitas yang bersifat multidimensional,dimana kita bisa belajar banyak hal,yang sama sekali tidak tersentuh dibangku sekolah formal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun