Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekecil Apapun Pemberian Orang, Jangan Pernah Menyepelekannya

28 Maret 2018   07:46 Diperbarui: 28 Maret 2018   08:57 6134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://depositphotos.com

Apa Yang Tidak Berharga Bagi Kita,Boleh Jadi Diperoleh Dengan Susah Payah oleh Orang Lain

Bagi yang sudah pernah merasakan,setelah dengan susah payah, memanjat pohon rambutan,tubuh gatel di gigit semut,namun karena hasrat hati ingin membawa buah tangan berkunjung kerumah kerabat,semuanya dilakukan dengan ikhlas. Dan ketika sudah berhadapan dengan kerabat atau sahabat, menyerahkan oleh oleh buah rambutan  dan dengan perasaan bangga mengatakan "Ini hasil kebun sendiri,yang barusan saya petik langsung" Dengan harapan akan disambut dengan antusias.

Akan tetapi ternyata hanya disambut dengan tawar,sambil memanggil pembantu "Mbak, tolong nih diterima rambutannya" dan hanya melirik sekilas,seakan yang dibawa adalah barang yang tidak ada artinya. Gimana perasaan kita? Saya pernah alami ,dulu ketika membawa buah nangka yang sudah matang dari  kebun dirumah. Sejujurnya, kami sendiri belum pernah menikmatinya,karena ini adalah buah pertama.Tapi demi menghargai boss,maka buah nangka yang masak di pohon tersebut,saya antarkan dengan perasaan gembira. Tapi ketika  tiba dirumah boss, diterima dengan  ucapan "Aduh,lu bawa apa nih.?" Disini tidak ada yang makan buah nangka. "Lalu  memanggil Sopirnya dan berkata :" Sudin, lu bawa pulang nih buah nangka ya" 

Bagaikan disiram dengan air selokan ,merasakan betapa  buah yang sudah dibungkus dan dirawat agar tampak sempurna di depan boss,ternyata sama sekali tidak dipandang sebelah mata. 

Pak Masa Bawa Oleh Oleh dari Australia Cuma Ini?

Lain cerita dulu,lain pula cerita di zaman mileneal. Kalau dulu boss dan kerabat yang menyepelekan pemberian,kini giliran membawa oleh oleh ,berupa gunting kuku dari Australa. Walaupun harganya cuma  5 dolar,tapi karena kami membeli sebanyak 100 keping,lumayan juga pengeluarannya.Ganungan kunci dalam bentuk gunting kuku ini,kami bagi bagikan kepada teman teman ,kemanapun kami berkunjung. Banyak yang menerima dengan senang hati,tapi ada juga yang berkomentar :"Pak .jauh jauh dari Australia,masa oleh olehnya cuma segini? Yang berbobotlah pak" ,katanya sambil tertawa. Mungkin maksudnya untuk bercanda,tapi sebuah canda yang tajam dan melukai hati.

Sejak saat itu, motivasi untuk membawa oleh oleh menjadi meredup dan padam.Bayangkan,mengangkat satu koper berisi 100 keping mainan kunci dan sempat dikira mau jualan di pemerikasaan imigrasi,terus dibawa keliling untuk dibagi bagikan,ternyata disambut  dengan komentar yang meluluh lantakkan seluruh niat untuk membawa pulang oleh oleh.

Dijadikan Pelajaran Berharga

Pengalaman pahit sejak tempo dulu dan berulang hingga belakangan ini,saya jadikan pelajaran berharga bagi diri sendiri.Yakni menghargai setiao potong pemberian orang,betapapun kecilnya. Bahkan selembar ucapan :"Selamat ulang tahun" pun saya simpan  selama bertahun tahun .Ketika pertemuan dengan Kompasianers di Rumah Makan  Sederhana bulan lalu, saya mendapatkan oleh oleh dari pak Edy Supriatna ,yang saya terima dengan berbesar hati dan saya bawa ke Australia.

Ada banyak oleh oleh yang kami terima dari teman teman Kompasianers dan teman teman seprofesi , dalam bentuk kain batik,piring antik,aneka ragam souvenir ,bahkan kopi dari jambi,sapu tangan yang disulam ,batu akik, pulpen ,pisau antik ,kopi  dari Toraja dan kopi luwak ,hadiah dari Aceh,serta batu cincin dari pak Haji di Aceh,kami bawa 1 koper penuh ke Australia.

Karena bagi saya pribadi,sekecil apapun pemberian orang adalah ujud dari apresiasi terhadap diri kita. Bahkan selembar kertas puisi dari guru sayya yang sudah almarhum.walaupun sudah lusuh,tetap saya simpan hingga kini di Australia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun