Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sekecil Apapun Sebuah Pemberian Harganya Tidak Ternilai

22 Maret 2018   21:00 Diperbarui: 22 Maret 2018   21:06 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin saking lamanya terdistorsi oleh pemikiran,bahwa semakin sulit sesuatu itu didapat,maka semakin berarti .Semakin mahal harga yang dibayarkan untuk mendapatkan sesuuatu,maka semakin baiklah berharga dan  bergunalah barang tersebut. Sehingga lama kelamaan ,secara tanpa sadar,dalam alam pikiran banyak orang,"yang mudah dan murah diperoleh "tidak berarti apa apa. Apalagi bilamana dapat diperoleh secara gratis

Contoh nyatanya, bila kita minum air dirumah,karena tidak merasa mengeluarkan uang,maka tidak jarang,hanya diminum setengah gelas,sisanya dibiarkan tergeletak atau dibuang ketempat cuci piring. Tapi ketika berada di negeri orang dan sebotol air dibeli dengan harga 3 dolar atau 30 ribu rupiah,maka yakin ,tidak akan ada yang mau membuang airnya. Diminum hingga titik terakhir. Padahal air yang diminum di luar negeri dan air yang diminum dirumah kita ,tidak ada bedanya.  Yang berbeda adalah minum dirumah gratis,sedangkan minum ditempat lain ,harus mengeluarkan uang.

Pengalaman Mengajarkan Tehnik Terapi Diri

Selama kurun waktu duapuluh tahun,saya mencoba menyimak dan mencatat,bahwa ternyata  tehnik terapi diri dengan memanfaatkan energi alam,yang diajarkan secara gratis kepada teman teman dan sanak  keluarga,karena hubungan baik ,ternyata  yang memanfaatkannya,hanya 1 orang dari 100 orang Atau kalau dipersentasi,hanya satu persen yang mengaplikasikannya dalam keseharian. Yang lainnya, langsung dilupakan,bahkan buku diktat yang diberikan,dijadikan mainan  anak dan dicorat coret. Mengapa? Mungkin karena didapat dengan mudah dan  menerimanya secara gratis,sehingga sama sekali tidak merasa ada harganya untuk dipraktikkan.

Bagi Yang Membayar

Ada ribuan testimoni dan ungkapan rasa syukur,yang datang justru dari para peserta seminar,yang membayar ketika ikut proses pembelajaran,tentangn bagaimana memanfaatkan energi alam,untuk upaya penyembuhan diri sendiri dan orang lain.Bahkan bertahun tahun sudah berlalu,hingga kini mereka masih menggunakannya secara konsisten.

Penyebabnya adalah karena mereka membutuhkannya dan mereka sudah membayarkan suatu harga ,sehingga baru mendapat kesempatan untuk ikut belajar. Bahkan selembar kertas,yang merupakan tambahan pelajaran,masih disimpan secara utuh.

Menilai Sesuatu Berdasarkan "Harga"yang Dibayarkan

Kebiasaan menilai sesuatu berdasarkan "harga" yang dibayarkan,sungguh merupakan sebuah langkah yang mengherankan bagi saya pribadi. Padahal sesungguhnya,sekecil apapun hadiah yang diberikan oleh orang lain dengan tulus,baik dalam bentuk benda,maupun dalam bentuk pelajaran  ,adalah jauh lebih berharga daripada sepotong barang yang dapat dibeli dengan sejumlah uang.

Ketika kami menjual salah satu unit apartemen di Kemayoran,maka karena tidak mungkin mengangkut semua barang ke Australia,maka sebagian besar barang ,kami bagi bagikan kepada Cleaning Service dan Sekuriti yang berkerja disana,walaupun sesungguhnya sebagian besar masih dalam keadaan utuh. 

Yang kami bawa ke Australia,adalah justru barang barang yang merupakan hadiah dari teman teman dan juga dari Kompasiana.Semua barang tesebut kami terima sebagai hadiah kenang kenangan Dan justru barang inilah yang paling berharga bagi kami. Karena merupakan ujud dari rasa persahabatan dari begitu banyak orang. Sedangkan yang kami beli,seperti kelengkapan dapur,kelengkapan untuk makan,jaket ,sepatu dan apaun,yang kami bisa beli,kami bagikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun