Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Menengok Siapa yang Berbicara, tapi Dengarkanlah Apa yang Dikatakannya

28 Januari 2018   20:26 Diperbarui: 28 Januari 2018   21:25 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Kecil ,Bisa Menjadi Guru Kehidupan Bagi Kita

Kalau menuntut ilmu pengetahuan,kita perlu belajar kepada orang pandai . Pada tingkatan tertentu,tidak cukup orang setingkat guru sekolah ,yang mengajar kita. .Mungkin kita perlu bimbingan dari seorang yang sudah menyandang titel berlapis lapis atau setingkat professor.Akan tetapi ,antara ilmu pengetahuan dan ilmu kehidupan,memiliki ruang dan atmosfir tersendiri.Yang terkadang,tidak dapat dijadikan bandingan antara satu dengan yang lainnya.Karena ilmu pengetahuan,mengacu pada hal yang sifatnya teori dan menuntut sesuatu yang bersifat postulate. 

Sebaliknya Ilmu Kehidupan ,cenderung  berpedoman pada pengalaman pengalaman yang bersifat empiris. Karena itu ,kalau untuk menuntut Ilmu Pengetahuan,orang perlu berguru pada orang pintar,sebaliknya untuk belajar Ilmu Kehidupan,orang kecil yang mungkin hanya tamatan SD saja,bisa dijadikan guru bagi diri kita. Karena tipe orang seperti ini,mengajarkan ilmu kehidupan dengan gaya  bebas dan tidak terikat pada buku panduan. Karena beda ruang dan beda keilmuan yang diajarkan. Disekolah diajarkan Ilmu Pengetahuan, sedangkan guru kehidupan mengajarkan kita Ilmu Kehidupan.

Belajar Bersyukur Dari Seorang Pengamen

Saya tidak ingat lagi,apakah sudah pernah menceritakan.tentang pengalaman saya,mendapatkan pencerahan dari seorang Pengamen. Rambutnya awut awutan dan jaket yang digunakannya,sesungguhnya sudah tidak layak lagi dipakai.Karena sudah robek disana sininya. Namun mungkin cuma itulah yang dimilikinya saat itu.

Pengamen ini,saya temui,ketika saya dan istri baru turun dari kapal di Alaska. Sambil memetik gitar tuanya, Pengamen ini bernyanyi.Lirik lagunya sungguh sungguh merasuk kedalam hati saya.Karena itu,walaupun sudah berlalu cukiup lama.saya masing ingat dengan sangat jelas ,kata demi kata yang diucapkannya. Bahkan kalau saya memejamkan mata,serasa suaranya masih terasa berkumadang dalam hati saya.

"Good mornng everybody. Welccome to Alaska!" Who ever you are,enjoy your life.Celebrate your days.Look at me! I have nothing.Eventhough if I left my jacket on the floor,no one care about it.because it,s nothing.But,if I die to-day.,I have to say :"Praise the Lord,cause I have got a cup of capucinno!"

Yang dapat diterjemahkan secara bebas:

Selamat pagi semuanya. Selamat datang di Alaska. Siapapun anda,syukurilah hidupmu. Rayakanlah hari hari mu.Tengoklah saya,tidak memiliki apapun.Bahkan andaikata jaket ini saya buang dilantai,tak seorangpun akan peduli,karena memang tidak ada harganya.Tapi,kalau saya mati pada hari in,saya akan mengatakan:" Puji Syukur kepada Tuhan,karena saya sudah mendapatkan secangkir capucinno"

Pelajaran Hidup

 Kejadian ini,mampu menjadi  alaram bagi diri saya pribadi.bilamana sewaktu waktu saya menghadapi masalah yang cukup pelik. Bahwa sesungguhnya,ada begitu banyak hal yang patut disyukuri dalam hidup ini,ketimbang mengisi hidup dengan keluh kesah berkepanjangan

Falsafah hidup itu sesungguhnya sangat sederhana,tidak perlu menghafal istilah istilah yang dapat membuat kening orang yang mendengarkan bekerut,karena enak didengar,tapi susah dipahami maknanya. Prinsipnya sangat sederhana.yakni :"Jangan melihat siapa yang berbicara,tapi dengarkanlah apa yang dikatakannya"

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun