Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keangkuhan adalah Jalan Menuju Kehancuran

27 Januari 2018   09:28 Diperbarui: 27 Januari 2018   09:56 2845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi/pencapaian demi pencapaian,seringkali menghanyutkan orang

Pencapaian Demi Pencapaian Sering Membuat Orang Lupa Diri

Ketika hidup masih morat marit, hubungan baik terus terjaga. Bukan hanya dengan para tetangga,tapi juga dengan teman teman yang berada ditempat lain.

Tetapi ketika nasib mulai berubah dan meraih pencapaian,demi pencapaian, bukannya menyukuri semuanya,malah sebaliknya sering kali membuat orang lupa diri.

Apalagi setelah menempati kedudukan yang terhormat atau menjadi pemilik dari sebuah perusahaan, jangankan teman jauh malahan tetangga juga sudah tidak lagi sempat disapa. 

Merasa diri diatas angin,berada dalam posisi sebagai decission maker, bahkan mungkin memiliki kapasitas dalam menentukan hitam putihnya keberadaan orang lain. Merasa bahwa wewenang yang ada padanya, kehebatan yang dimilikinya,sudah menjadi abadi di dalam dirinya. Bila kondisi ini dibiarkan berlanjut,maka orang akan menjadi lupa diri.

Menganggap orang lain tidak lagi penting, merasa tidak perlu lagi menghargai orang lain,bahkan tidak lagi merasa perlu menjawab permohonan ataupun pertanyaan yang diajukan. Karena merasa tidak lagi membutuhkan orang lain.

Sebuah Contoh Yang Saya Saksikan Dengan Mata Kepala Sendiri

Menceritakan tentang kejatuhan seseorang ,untuk mempermalukan orang ,tentu adalah sebuah kenistaan .Namun orang perlu belajar ,bahwa keangkuhan diri adalah jalan menuju kehancuran. Karena itu saya tidak menuliskan nama yang sesungguhnya ataupun mengacu pada alamat yang bersangkutan. 

Tetangga kami dulu,hidupnya tidak banyak beda dengan kehidupan keluarga kami,yakni morat marit.Kerja serabutan ,dari tahun ketahun.Namun karena tekad dan kerja kerasnya,suatu waktu mendapatkan kesempatan  mengelola sebuah proyek. Dan dalam waktu setahun,hidupnya berubah total. Pindah rumah gedung dan beli mobil mewah. Seluruh tetangga dan teman teman,ikut gembira dan bersyukur. Namun dalam waktu singkat,sikapnyapun berubah total.

Kalau bertamu kerumah orang,ia hanya membunyikan  klakson mobil dan tidak mau turun dari kendaraanya,Tuan rumah yang harus keluar dan mendatanginya di kendaraannya. Kemudian pak Tedi (bukan nama sebenarnya) pindah ke Jakarta. Sesekali pulang kampung untuk urusan bisnisnya, bertemu muka hanya disapa :" Hai". Tidak pernah mau menyempatkan diri hanya sekedar satu menit saja untuk saling bersalaman.

Perusahaannya Bangkrut

Ternyata kesuksesannya hanya mampu bertahan beberapa tahun. Saya dapat kabar dari  teman teman,bahwa perusahaan pak Tedy mengalami kebangkrutan dan seluruh assetnya disita bank..

Suatu waktu ,sewaktu kami naik taksi dari apartement menuju ke Tanah Abang,saya  kaget mendapatkan ,bahwa Sopirnya adalah  tetangga saya yang dulu kaya raya. Untuk memastikan,saya tanyakan:" Maaf,ini Pak Tedi tetangga kami dulu ya?"

Dengan tergagap ia menjawab,:"Benar, saya punya taksi ada beberapa unit,dan kebetulan Sopirnya tidak masuk,jadi iseng iseng ,saya menggantikan jadi Sopir". Suaranya bergetar. 

Setibanya di Tanah Abang,saya kasihkan selembar uang 100 ribu rupiah .Dan ketika Pak Tedi mau mencari uang kembaliannya, saya bilang nggak usah pak cuma sedikit" Itulah pertemuan terakhir dan setelah itu saya tidak pernah lagi bertemu karena kami lebih banyak tinggal di Australia,

Tidak Ada Yang Abadi di Dunia Ini

Sesungguhnya semua orang sudah tahu dan memahami,bahwa di dunia ini,tidak ada jabatan yang abadi .Tapi karena sedang berada dalam posisi yang menentukan orang seringkali lupa diri.  Atau kita merasa kaya dan mampu membeli apa saja.sehingga merasa tidak lagi membutuhkan bantuan orang lain. Padahal diluar diri kita masih teramat banyak orang yang jauh lebih hebat dan lebih kaya dari diri kita.

Jabatan yang membuat kita sombong,sesungguhnya adalah membohongi diri kita sendiri.,Karena diluar sana ,ada jutaan orang yang lebih hebat dari diri kita. Atau kita mungkin merasa kaya? jangan lupa, apa yang bagi kita begitu membanggakan,bagi orang lain,mungkin hanya uang recehan saja.

Tetaplah Rendah Hati

Mungkin saja kita super sibuk, tapi tidaknya sisihkanlah waktu kita satu menit  untuk menjawab pesan orang, Untuk kita mungkin saja tidak penting tapi bagi orang lain, jawaban kita ditunggu.Dengan menjawab satu atau dua kata, kita sudah menghargai orang,

Sehebat apapun karier kita, sepenting apapun kedudukan kita pada saat ini,atau sekaya apapun kita, syukurilah, tetapkan rendah hati.  Karena bila kita rendah hati,maka ibarat orang berjalan dijalan datar,bila suatu waktu ,entah karena apa,kita tergelincir dan terjatuh,maka secara serta merta bisa bangkit berdiri dan berjalan lagi.

Tapi bila kita sudah menempatkan diri kita ditempat yang tinggi,karena kesombongan diri,adalah ibarat orang yang berjalan dipinggir tebing yang curam. Suatu waktu kita terjatuh,maka akan sulit bisa bangkit lagi,kecuali ada orang lain yang membantu kita bangun.

Kalau ada jalan yang aman ,mengapa menempuh jalan yang berbahaya? Rendah hati tidak akan mengurangi wibawa kita. Rendah hati tidak  akan mengurangi nilai harta yang dimiliki. 

Rendah hati sama sekali tidak akan membuat rasa hormat orang akan berkurang pada diri kita. Malahan sebaliknya,dengan kerendahan hati,kita akan menjadi sahabat banyak orang. Sedangkan dengan kesombongan diri yang kita bangun sebagai ujud kebanggaan diri justru akan melukai hati banyak orang. 

Kesombongan hanya akan mempersempit ruang gerak hidup kita, keangkuhan diri hanya mempertinggi tempat kita jatuh. Sekali kita terpeleset dan jatuh, maka akan sangat susah untuk bisa bangkit lagi. 

Namun bila kita rendah hati adalah ibarat orang berjalan ditanah datar. Seandainya entah karena apa, terpeleset dan jatuh maka segera bisa bangun dan bangkit berdiri lagi.

Bagi orang yang sudah pernah mengalami hidup morat-marit, pasti sudah mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga untuk tidak pernah  menyombongkan diri larena memahami, bahwa apa yang dimiliki hari ini belum tentu esok hari masih menjadi milik kita.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun