Sehingga Tidak Tersisa Lagi Untuk Diri Sendiri dan Keluarga
Kekeliruan yang paling banyak dilakukan orang adalah menghabiskan sebagian besar waktunya,untuk mengevaluasi diri orang lain.Akibatnya kehabisan waktu untuk mengevaluasi diri dan keluarga. Hal ini mengakibatkan,banyak moment moment penting dan peluang untuk memperbaiki kehidupan keluarga,terbiarkan berlalu begitu saja. Hal ini bisa kita saksikan lewat berbagai media sosial,bahwa hal hal yang mempergunjingkan  keburukan orang lain,hampri selalu menduduki peringkat teratas dalam jumlah pembacanya dan komentarnya.Seakan didalam mengevaluasi diri orang lain,mendapatkan kepuasan dalam melepaskan dahaga ,untuk menunjukkan bahwa dirinya yang paling pintar ,paling sholeh dan paling baik dalam segala hal.
Kesibukan dalam menilai orang lain:
- Tutur kata dan prilakunya
- Kekeliruan yang dilakukannya
- Gaya dan cara  hidup orang  yang tidak pas
- Â Cara orang beribadah yang keliru
- Â Keluarga orang yang tidak harmonis
- Tutur katanya yang tidak pas
- Â Cara berpikir dan sikap mental yang salah
- Cara berpakaian yang tidak tepat
Bahkan tidak sedikit orang yang berbicara dan berkomentar,seakan mendapatkan mandat sebagai Jubir Tuhan,yakni dengan mengatakan siapa saja yang boleh masuk kesurga dan siapa yang tidak boleh.
Alangkah Eloknya Bila Kita Evaluasi Diri Sendiri,Sebelum Mengurus Orang lain
Setiap orang bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri. Bagaimana menemukan jalan untuk mencapai aktualisasi diri,yakni menemukan diri kita yang sejati.Kalimat "meemukan jalan menuju aktualisasi diri" mungkin terasa janggal dan agaknya terlalu melambung dan tidak membumi. Namun adalah sebuah realita tak terbantahkan bahwa teramat banyak orang lebih mengenal diri orang lain ketimbang dirinya sendiri.
Sehingga menjalani hidup dalam diri yang semu. Menjalani hidup secara mengambang dan tidak berpijak pada diri yang sejati. Akibatnya,hidup selama puluhan tahun hanya menyisakan "ketuaan, kelelahan lahir batin, tanpa menemukan,apa yang sesungguhnya dicari dalam hidup ini.Hal ini akan mendorong kita ,agar selalu jujur pada diri sendiri. Karena orang yang tidak bisa jujur pada dirinya sendiri,mustahil dapat diharapkan belaku jujur pada keluarganya dan orang  lain. Karena orang yang tidak  jujur pada dirinya sendiri,akan selalu hidup mengenakan topeng,untuk menutupi kekurangan dirinya
Hidup dengan bertopeng, meniadakan ketenangan batin. Membuat orang gelisah dan selalu menghindar karena kuatir topengnya akan terbuka. Tampil sebagai orang baik memberikan wejangan sana sini. Mengutip ayat ayat kitab suci. untuk dikagumi dan dihormati, ternyata kemudian ketika topeng terbuka, dibalik topeng tersebut terdapat kemunafikan yang memuakkan.
Meniti Jalan Menuju Aktualisasi Diri
Kalimat "meniti jalan menuju aktualisasi diri" mungkin terasa janggal dan agaknya terlalu melambung dan tidak membumi. Namun adalah sebuah realita tak terbantahkan bahwa teramat banyak orang lebih mengenal diri orang lain ketimbang dirinya sendiri.
Sehingga menjalani hidup dalam diri yang semu. Menjalani hidup secara mengambang dan tidak berpijak pada diri yang sejati. Akibatnya,hidup selama puluhan tahun hanya menyisakan "ketuaan, kelelahan lahir batin, tanpa menemukan,apa yang sesungguhnya dicari dalam hidup ini.Selalu punya waktu untuk mengevaluasi orang lain, tapi justru  mengabaikan yang terpenting dalam hidup ini dilupakan yakni evaluasi diri sendiri.Â