Berbaik hati terhadap orang yang membutuhkan pertolongan,tentu saja sebuah perbuatan yang patut dihargai. Apalagi bila yang membutuhkan bantuan adalah saudara sahabat baik atau saudara kandung sendiri.Â
Nah, kisahnya adalah seorang  putri teman  saya yang setiap hari bisa pingsan dimana saja. Sepertinya tidak ada hari tanpa pingsan.Bisa dirumah,dikamar mandi atau sedang berada didalam angkot yang  membawanya ketempat pekerjaannya.
Tentu saja,hal ini membuat seisi rumahnya kalang kabut,terutama suami dan anak anaknya Sudah diperiksa dokter specialis syaraf,tidak ada gejala ayan .Bahkan dalam silsilah keluarga,tidak terdapat catatan ada yang berpenyakit ayan.Â
Sudah di Ct scan dan di MRI ,juga tidak ada cidera pada otaknya. Bertepatan kami mengadakan seminar di salah satu kota di Jawa Timur, Rini didampingi suaminya datang. Kami sempat mengobrol panjang lebar,karena masih pagi dan acara belum dimulai.Â
Saya dapat membaca melalui matanya,ada kesedihan yang mendalam dan langsung bertanya :"Mbak Rini,menyimpan beban batin yang mendalam.Saya dapat membaca melalui mata .Karena mata adalah jendela dunia."Â
Tiba tiba Rini menangis sejadi jadinya dalam pelukan suaminya. Dan dengan terisak isak,mengakui bahwa  ia sudah meminjamkan Sertifikat rumahnya kepada adik kandungnya,tanpa setahun suaminya.Â
Karena adiknya berjanji akan mengembalikan selambat lambatnya dalam waktu 3 bulan.Sertifikat ini dijadikan agunan di bank,agar suaminya dapat meminjam uang,untuk membayar utangnya. Karena kalau utangnya tidak dilunaskan,maka ia akan dipenjarakan. Mendengar adik kandungnya,seajah dan seibu ,beriba iba memohon kepadanya,maka secara diam diam.Â
Reni meminjamkan Sertitifkat rumahnya kepada adiknya,tanpa setahu suaminya. Akan tetapi  3 bulan berlalu,berbagai alasan dikemukakan oleh adiknya.antara lain,piutangnya belum bisa ditagih,sehingga belum bisa menebus  Sertifikat yang dijadikan agunan oleh suaminya. Bahkan kini,satu tahun sudah berlalu, sertifikat tetaobelum dikembalikan.
Suaminya pucat pasi mendengarkan penuturan istrinya. Namun dengan berlinang air mata,ia membujuk istrinya.:'Ya sudah, yang penting cepat sembuh,mengenai Serifikat rumah,kita hadapi bersama sama ya "katanya kepada Rini istrinya. Justru tidak dimarahi oleh suaminya ,Rini bertambah keras tangisnya.
Rasa Bersalah Menyebabkan Batinnya Tertekan
Rasa bersalah terhadap suaminya,telah menyebabkan Rini hidup dalam tekanan batin. Ia dihukum oleh suara hatinya sendiri,betapa demi menolong saudaranya,ia tega membelakangi suaminya sendiri. Namun,setelah mengakui kesalahannya dan mendapatkan  resp0n yang bijak dari suami,maka sejak saat itu Rini mulai pulihÂ