Yakni Menolak Semua Hadiah
Saudara-saudara, saya sudah 14 tahun mengabdikan diri dalam komunitas ini. Hubungan baik yang sudah terjalin melalui perjalanan panjang,telah mempertautkan hati kita. Kasih sayang yang dibuktikan dalam berbagai cara selama ini, sudah saya rasakan .Saya merasa sangat terharu dan berterima kaih. Akan tetapi,dalam waktu dekat ini, dengan sangat berat hati,harus meninggalkan semuanya, karena ditugaskan ditempat yang baru,yakni di Armadale. Saya mendapatkan informasi,bahwa aneka ragam hadiah sudah dipersiapkan untuk diserahkan pada acara "farewell party".
Karena itu ,pada kesempatan ini,saya mohon,agar jangan memberikan saya hadiah apapun. Karena masih banyak orang lain,yang lebih membutuhkan daripada diri saya. Mohon doa saudara saudara semua,agar saya dapat menjalankan tugas saya ditempat baru dengan lebih baik. Dan sekiranya selama ini ada tutur kata dan tindakan saya,yang tidak menyenangkan,dengan setulus hati,saya mohon maaf.
Hadiahkanlah saya masing masing selembar kertas dan tuliskanlah disana,pesan pesan dan saran ,agar saya dapat bekerja lebih baik lagi. Saya akan membaca satu persatu pesan dan pesan dari saudara saudara semuanya,yang mungkin akan membuat saya menangis ditempat tugas yang baru. Selamat Natal dan semoga damai sejahtera bagi kita semuanya!'
Kira kira begitulah inti ,kotbah perpisahan dari Pastor Josep,yang biasa dikenal dengan panggilan akrab:"Father Joe". Pria berusia 50 tahun ini,berasal dari Vietnam dan telah berkarya lebih dari 14 tahun di Paroki St.Mary di Whitford .Sangat merakyat dan tidak pernah menempatkan dirinya,sebagai sosok yang perlu dihormati dan dihargai secara berlebihan. Ia tidak menunggu disalami,melainkan mendatangi umat satu persatu dan menyalami mereka. "tugas dari seorang Pastor ,adalah melayani,bukan dilayani" begitu seringkali diucapkannya.
Jadi Contoh Bagi Penggantinya
Agaknya contoh teladan yang diberikannya selama bertahun tahun,bukan melaui kotbah berapi api dari mimbar,tapi justru melalui tindakan nyata,bagaimana ia mengaplikasikan hidup adalah untuk melayani dan bukan dilayani, sudah mulai diadopsi oleh Pator penggantinya.Image selama ini,bahwa seorang Pastor,merupakan sosok wakil Tuhan,yang menempatkan dirinya pada posisi terhormat dan hanya berbicara dari atas mimbar,telajh dirombaknya habis habisan..
Bahkan ketika masih mengenakan jubah kebesarannya,sebagai seorang imam.Pastor Joe ini,tanpa sungkan turun tangan sendiri,menyalami khususnya orang orang tua dan anak anak.Kepergiannya ketempat tugas baru,sungguh merupakan kehilangan besar,bukan hanuya bagi Paroki St.Mary,tapi terutama bagi umat Katholik yang biasa setiap Minggu hadir dalam Misa.
Sungguh sebuah contoh teladan yang nyata,jauh lebih bernilai ,dibandingkan seratur kothbah yang diucapkan dari atas mimbar.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI