Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebih Baik Memberikan Sepiring Lontong yang Bisa Dinikmati

21 Desember 2017   10:37 Diperbarui: 21 Desember 2017   11:36 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketimbang Memberikan Sesajen Ayam Panggang Setelah Orang Tua Meninggal

Karena saya sendiri berasal dari keturunan Tionghoa,apalagi dilahirkan dizaman Dai Nippon masih berkuasa di negeri kita,maka sedikit banyak saya memahami tradisi orang Tionghoa. Kebiasaan untuk menghormati para leluhur,bagi saya pribadi sangat tepat untuk dilestarikan.Karena orang tua dan nenek moyang ,tidak hanya patut dihormati ketika mereka masih berada bersama kita,tapi juga setelah jazad mereka melebur bersama tanah,dimana mereka dimakamkan. 

Sayang sekali generasi muda,sudah hampir total melupakan hal tersebut. Bahkan foto foto orang tua yang sudah almarhum ,sudah tidak lagi melekat dialbum foto keluarga. Bayangkan, ketika orang tua sudah tiada,maka jangankan phisiknya,bahkan foto merekapun tidak lagi mendapatkan tempat dialbum keluarga. Apalagi didalam hati generasi muda.

Lebih Baik Berikan Sepiring Lontong Selagi Bisa Dinikmati

Ketimbang memberikan sesajen ketika orang tua ,sudah meninggal.Karena orang mati,tidak bisa lagi menikmati makanan,betapapun enak dan nikmatnya. Ada cukup banyak anak anak yang sudah sukses,tapi melupakan orang tua mereka. Ditempatkan di panti jompo dan hanya sesekali ditengok.Tapi ketika meninggal,maka demi gengsi dan prestise sebagai pengusaha sukses,maka segala jenis makanan dihidangkan didepan peti jenazah. Hal inilah yang sangat patut disayangkan. Karena kasih sayang seharusnya keluar dari lubuk hati yang terdalam dari seorang anak,bukan karena gengsi.

Kami Bersyukur

Kami bersyukur, kedua putra dan putri kami,walaupun ketiga tiganya sudah menikah dan memiliki keluarga masing masing,namun selalu ingat kepada kami, sebagai orang tua mereka. Tidak jarang diajak traveling ke berbagai lokasi wisata,termasuk ke Jepang  dan ke Amerika Serikat. Yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Setiap bulan,tanpa pernah sekali juga meminta ,kami menerima transfer dana dari anak anak kami. Alangkah beryukurnya kami,setiap bulan ,ada pesan masuk :" Papa mama ,apakah transfer saya sudah masuk?" Kami sudah memahami,bahwa ada kiriman uang dari anak anak kami.

Kami bersyukur,sudah berhasil menanamkan,tentang arti dan makna kasih sayang kepada mereka. Hal ini tentunya merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami sebagai orang tua.Karena kebahagiaan terbesar dalam hidup ini,adalah mencintai dan dicintai.Bukan hanya oleh pasangan hidup kita,tapi juga oleh anak anak yang terlahir dari kita.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun