Malam ini ,saya barusan baca pesan panjang lebar melalui WA. Mungkin lebih tepat disebutkan sebagai "curhat", ketimbang sebuah pesan. Untuk jelassnya, saya salin dalam bahasa saya sendiri, tanpa mengubah esensialnya. " Selamat malam  Pak Effendi. Saya salah satu pembaca setia tulisan pak Effendi. Diantaranya ada dua judul yang menurut saya sangat mengena.Â
Yakni :"Ketika Hidup Terpuruk, Istri Saya Iklas Jadi Sopir Antar Jemput Anak Sekolah" Dan satu lagi adalah ketika Pak Effendi, menguji kesetiaan istri ,untuk memilih antara tetap  pada karirnya sebagai Superviser di AIG Life atau meninggalkan  karir dan mengikuti pak Effendi, keliling Indonesia, mengajarkan meditasi dan reiki.Â
Ternyata pak Effendi sangat beruntung, karena bu Roselina yang sedang berada dipuncak karirnya sekali lagi membuktikan kesetiaannya dengan mengundurkan diri dari perusahaan. Walaupun resikonya, akan kehilangan masukan penghasilan puluhan juta rupiah setiap bulannya."Â
Namun ketika minggu lalu saya coba mempratikannya kepada istri saya yang juga bekerja disalah satu bank swasta untuk mengundurkan diri karena saya merasa dengan penghasilan saya setiap bulannya,sebagai wiraswasta, sudah mencukupi untuk kami hidup. Tetapi ternyata,istri saya tidak setuju, karena merasa penghasilannya setiap bulan, jauh lebih besar daripada penghasilan saya.Â
Saya merasa sangat terpukul, karena sebagai seorang suami saya juga ingin ketika malam hari saya pulang dari toko ada istri yang menyambut dan menyediakan makan malam. Apa yang harus saya lakukan menurut pak Effendi?" Salam saya Rudy (bukan nama sebenarnya).
Saya Terpana Membacanya
Dan tidak mungkin saya dapat menjawab secara serta merta. Karena kuatir,jawaban yang saya berikan, akan berpotensial semakin menciptakan jarak antara mereka suami istri. Kalimat :"menguji Kesetiaan  istri" sesungguhnya adalah kesimpulan dari Rudy. Saya tidak pernah berniat untuk menguji kesetiaan istri saya.Â
Karena wanita yang sudah 52 tahun mendampingi saya dalam suka dan duka ini, sudah membuktikan berpuluh puluh kali tentang kesetiaannya terhadap saya. Bahkan menegaskan bahwa satu satunya laki laki yang dicintainya dunia akhirat,adalah diri saya.
Istri merasa keberatan untuk meninggalkan karirnya, tentu tidak dapat secara serta merta divonis sebagai: "istri yang tidak setia" Karena mungkin saja, ia memiliki alasan tersendiri.Â
Menguji kesetiaan istri tentu saja beresiko menanggung kekecewaan yang mendalam bagi pasangan suami istri. Pertama, istri merasa bahwa kesetiaannya, tidak sepenuhnya diyakini oleh suaminya,sehingga masih perlu diuji, Sedangkan dari pihak suami, merasa sangat terpukul karena ketika istrinya  menolak untuk resign dari karirnya, dalam hatinya sudah divonis sebagai petanda :'tidak setia"/
Karena itu, jangan pernah ingin menguji kesetiaan istri, sebab akan melukai kedua duanya.