Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebaiknya Jangan Memberi bila Tidak Ikhlas

24 November 2017   20:31 Diperbarui: 24 November 2017   21:22 4457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cara Efektif Meminimalkan Kekecewaan

Apa penyebab seseorang bisa kecewa? Tentu saja jawabannya sangat beragam. Pada umumnya rasa kekecewaan muncul karena yang terjadi tidak sesuai skenario kita. Semakin banyak berharap maka semakin besar peluang terjadinya kekecewaan. Semakin tinggi dan besar harapan kita, maka semakin besar pula rasa kekecewaan yang akan dipanen.

Kalau sudah tahu sumber penyebab terjadinya kekecewaan tentu akan lebih mudah bagi kita. Untuk mencegah atau meminimalkan frekuensi terciptanya rasa kekecewaan dalam diri, rasa kekecewaan yang dibiarkan berlarut larut secara tanpa sadar akan menumpuk terus didalam pikiran dan batin kita. Semakin lama beban yang harus dipikul akan semakin berat hingga suatu waktu melampaui ambang ketahanan diri dan tumbanglah kita.

Cara terbaik untuk meniadakan atau setidaknya meminimalkan terjadinya kekecewaan adalah dengan melupakan apapun yang kita berikan atau pertolongan apa saja yang telah kita berikan kepada orang lain. Bahkan jangan berharap orang akan mengucapkan terima kasih. Kalau nanti ada yang menyampaikan rasa terima kasihnya, maka anggaplah sebagai bonus bagi diri kita.

Bila kita sudah menerapkan metode ini, maka yakinlah kita akan merasakan sebuah kebebasan diri karena berharapkan sesuatu pada diri orang lain, apapun bentuknya, adalah sebuah beban. Ibarat awan gelap yang bergelantungan di angkasa bebas.

Memberi dengan Mengharapkan Balasan Sama dengan Berbisnis

Bilamana kita memberikan sesuatu pada orang lain dan berharap akan menerima balasannya, baik dalam bentuk ucapan terima kasih atau berbagai fasilitas dan kemudahan, maka pemberian kita tak ubahnya bagaikan bisnis terselubung.

Ibarat berbisnis bila barang sudah di berikan,maka kita menuntut bayarannya. Selama belum dibayar maka yang menerima barang dari kita akan berhutang selamanya. Hal ini akan menjadi beban pikiran bagi diri kita, Analogi ini dapat direflesikan bila kita berbuat sesuatu untuk orang lain, dengan mengharapkan balasannya. Karena bila ini yang dilakukan, maka akan sia-sialah segala pemberian atau pertolongan kita kepada orang lain.Karena bisa jadi entah karena alasan apa pemberian kita hanya diterima begitu saja, tanpa ekspresi dan ucapan terima kasih.

Kita kecewa,karena ternyata orang yang kita tolong, sama sekali tidak tahu berterima kasih. Dalam rasa kecewa itu, pikiran kita bisa saja terdistorsi dengan "Percuma saja berbuat baik, karena ternyata ketemu orang yang tidak tahu berterima kasih".

Secara tanpa sadar, terbentuklah sebuah rasa menyesal karena telah salah menolong orang dan telah keliru memberikan tips. Yang bila dibiarkan berlarut larut akan mengkristal dalam diri dan menjadikan kita manusia yang apatis atau kehilangan rasa simpati dan empati pada orang lain yang sedang kekurangan ataupun kesusahan. Padahal masalahnya sangat sepele, yakni "orang yang ditolong, tidak berterima kasih".

Sebaliknya, Jangan pernah melupakan apapun yang telah kita terima dari orang lain,betapapun kecilnya. Sebagai contoh,saya masih ingat,pemberian ibu Halimah di Bis ALS, yakni sepotong ubi rebus.Kejadiannya sudah berlalu 50 tahun lalu, namun hingga saat ini masih sangat jelas dalam ingatan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun