Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Kita Peduli Keselamatan Keluarga Kita

3 November 2017   17:41 Diperbarui: 3 November 2017   18:01 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: depositphotos.com

Keselamatan Keluarga Bukan Urusan Dokter tapi Tugas Kita

Banyak orang berpikir bahwa urusan kesehatan dan keselamatan diri,maupun anggota keluarga adalah urusan dokter.Padahal tugas dokter adalah merawat orang sakit,bukan mengurusi keluarga kita. Seluruh anggota keluarga saling menjaga ,seandainya sesuatu terjadi.Tanpa harus mengikuti kursus kesehatan atau kursus P3K.

Pengalamaan Pribadi

Setelah tergelincir ditangga pesawat dan dirawat inap selama sebulan di Wollongong Public hospital,tahun berikutnya saya kembali tergelincir dan terjatuh.Tapi bukan ditangga pesawat,melainkan ditangga rumah .Akibat terburu buru menuruni anak tangga dan lupa bahwa barusan dipel dan belum kering.Kalau dulu yang terbentur adalah tulang rusuk,maka kali ini yang dapat bagian adalah kepala saya. Mencoba duduk tapi semuanya seakan berputar.istri saya langsung berlari dan memanggil putri kami. Saya dibantu untuk berdiri,tapi pandangan mata gelap, Saya minta dibiarkan duduk sesaat ,untuk menenangkan diri.

Putri kami memaksa saya harus ke Medical Centre,karena jaraknya paling dekat dengan kediaman kami.Dengan mata masih tertutup,saya dibantu untuk turun tangga dan naik ke mobil. Terus dibawa ke dokter.Disana sudah banyak pasien menunggu,tapi menengok kondisi saya yang cukup parah,maka saya diprioritaskan dan bisa langsung masuk.

Pemeriksaan Awal

Pertama tensi saya diukur dan memeriksa mata saya. Kemudian dokter minta agar saya menjulurkan lidah sepanjang mungkin. Mengangkat kedua belah tangan keatas.Mengangkat jari tangannya dan menyuruh saya menghitung. Rasanya sih aneh,koq diperlakukan kayak anak kecil? Tapi sebagai pasien tentu saya harus patuh,apa perintah dokter. Kemudian ditanyai ,dimana lahir dan tanggal  berapa? Saya semakin heran,karena di kartu Medicare Card saya sudah tercantum,nama dan tanggal lahir. Terakhir ,saya disuruh tersenyum. Lho orang lagi sakit ,koq disuruh tersenyum,emangnya mau meledekin ?

Setelah ritual pemeriksaan yang saya rasa rada rada nyentrik selesai,dokter mengatakan :"All good.You are not in danger' " .Kemudian menjelaskan panjang lebar kepada putri kami. Dalam kondisi tidak nyaman,ditambah pengetahuan bahasa Inggeris saya yang compang camping,saya sungguh tidak dapat menangkap makna pembicaraan dokter dengan putri kami.

Baru setelah dijelaskan saya memahami. "Pa,kata dokter papa aman. Kalau salah satu dari yang disuruh dokter tadi tidak bisa  papa lakukan dengan baik,maka papa harus tinggal dirumah sakit,karena ada tanda tanda kena serangan stroke. Misalnya,kalau tidak bisa mengangkat kedua belah tangan keatas,atau ketika menjulurkan lidah,ternyata mencong atau ketika disuruh tersenyum,sebelah wajah tertarik,maka kemungkinan besar terkena serangan stroke.Syukurlah semuanya baik" kata putri kami menjelaskan

Tentu saja saya bersyukur dan yakin istri dan puteri kami juga bersyukur,saya selamat.Saya dirujuk ke bagian radiologie ,di rontgen ,MRI dan CT scan.yang berada digedung yang sama. Hasil pemeriksaan,saya dinyatakan boleh pulang., Dokter mengatakan,bahwa tindakan istri dan putri kami membawa saya secepatnya adalah tindakan yang sangat tepat. Karena golden priode bila pasien mendapatkan serangan stroke,adalah tiga jam pertama.Bila terlambat,maka sangat kecil kemungkinan akan dapat pulih lagi.

Walaupun sudah dua tahun berlalu,tapi bila ketemu teman teman,selalu saya ulangi saran dari dokter,yakni  bilamana ada anggota keluarga yang terjatuh dan terkena bagian kepalanya,maka jangan diabaikan atau dianggap sepele,walaupun tidak ada perdarahan.Karena yang lebih berbahaya ,justru adalah perdarahan didalam otak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun