Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menulis adalah Jalan Menemukan Jati Diri Sesungguhnya

2 November 2017   22:09 Diperbarui: 3 November 2017   15:12 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu masih aktif sebagai pengusaha,saya sama sekali tidak terpikirkan,bahwa suatu waktu dalam hidup ini,saya akan menjadi seorang penulis. Walaupun sangat senang membaca,sehingga berlangganan hampir seluruh koran yang bertaraf nasional.Seperti misalnya : Kompas.Sinar Harapan ,Inti Sari  dan beragam majalah. Karena pada waktu itu,sebagai pengusaha,seluruh pengeluaran untuk koran dan majalah setiap bulan,tidak ada artinya.

Baru setelah pindah ke jakarta ,sangat terasa hidup menjadi sepi. Karena banyak waktu yang tersia siakan . Dan pada tahun 2000 saya baru belajar menulis. Pada waktu itulah saya baru menyadari,bahwa menulis bukanlah pekerjaan yang semudah membaca cerita silat ataupun cerita bersambung. Karena untuk menulis, perlu memahami darimana mulai mengawalinya ,kemudian mengisi konten dan memberikan kesimpulannya. 

Naskah buku saya yang pertama,diterima oleh ir.Aloysius Subagijo ,yang menjadi Chef Editor di PT Elekmedia Komputindo. Setelah membaca sepintas naskah yang saya antarkan sendiri, pak Aloysius mengatakan bahwa naskah saya masih mentah,untuk dapat diterbitkan sebagai sebuah buku. Hampir dari separuh naskah saya dicoret coret dan diberikan saran perubahan.Saya terpana,karena merasa sudah mengedit berkali kali ,sebelum diantarkan ke Elekmedia,tapi ternyata dinyatakan ;'masih mentah" untuik diterbitkan sebagai sebuah buku.

Syukurlah ,kehidupan yang keras sejak dari kecil hingga dewasa,menjadikan saya sosok yang tidak pernah mengenal kata :'menyerah".Seingat saya,enam kali saya harus bolak balik menemui pak Aloysius ,baru akhirnya diterima. Pesan Aloysius kepada saya;' Kalau serius mau menjadi penulis,jangan menunggu hingga buku ini selesai dicetak. Mulailah menulsi naskah untuk buku kedua .Begitu selanjutnya''

Pesan ini,sungguh sungguh saya jadikan pedoman dalam menulis Dan akhirnya berhasil menelorkan 9 (sembilan ) judul buku. Dan yang membuat saya termotivasi adalah dalam waktu singkat ,buku buku karya tulis saya mengalami cetak ulang . Mulai dari 9 kali ,hingga ada yang sampai 15 kali dicetak ulang. Dan seperti yang sudah pernah saya tuliskan, sebagian dari buku ini,masuk dalam daftar "'national best seller''.

Best Seller Tidak Serta Merta Best Writer

Ternyata setelah bergabung di Kompasiana,saya baru menyadari bahwa best seller belum tentu sekaligus menjadi best writer. Bahkan tidak sedikit tulisan saya ,yang tidak masuk ke highlight. Hal ini menyadarkan saya,bahwa apa yang kita anggap bagus,belum tentu bagus bagi orang lain. Sebaliknya ,tulisan yang mungkin bagi kita ditulis sementara kereta api sedang melaju,ternyata mendapatkan tempat di Headline. Menulis telah mengantarkan saya ,menemukan jati diri yang sesungguhnya. Yakni ,saya masih harus belajar lebih banyak lagi ,untuk dapat menjadi penulis yang baik.

Kesimpulannya adalah bahwa memang benar ,bahwa orang harus belajar sejak dari buaian ,hingga akhir hayatnya. Karena perkembangan ilmu pengetahuan dan kepiawaian dalam merenda kata,yang dulunya mungkin dianggap sudah baik,ternyata sudah tergerus oleh kemajuan ilmu pengetahuan. 

Menulis hal hal yang merupakan pengulangan kisah kisah lama ataupun seputar pengalaman pribadi ,sudah bukan lagi masanya.Karena kemajuan zaman menuntut setiap penulis untuk mau dan mampu meng upgrade dirinya atau akan terhenti menulis ditengah jalan. Harus ada nuansa baru yang mampu dituangkan ,sehingga menyajikan tulisan yang mumpuni. Hal ini menyadarkan saya,bahwa saya sudah jauh ketinggalan . Dan bila masih mau menulis,harus mau dan mampu untuk berlari mengikuti jejak kemajuan zaman,

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun