Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Menemukan "Passion" dalam Pekerjaan Kita

2 November 2017   19:00 Diperbarui: 2 November 2017   19:08 4608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Depositphotos

Menjadikan Pekerjaan Kita sebagai Passion, Mengapa Tidak?
Walaupun sudah hidup di zaman mileneal,tapi tetap saja ada begitu banyak orang yang masih terbelenggu oleh cara pemikiran lama. Yakni mencari pekerjaan yang sesuai passion, Padahal semua orang tahu, bahwa mencari lowongan perkerjaaan sesuai passion, tak ubahnya bagaikan mencari sebatang jarum di tumpukan jerami.

Karena merasa pekerjaan yang diperolehnya tidak sesuai passion dan hanya dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendesak,maka hasil kerjanya sudah dapat diprediksi. Karena bila orang melakukan sesuatu dengan separuh hati, maka hasilnya juga tidak akan maksimal. Lebih baik kerja paruh waktu dengan sepenuh hati,ketimbang kerja ''full time'' dengan setengah hati.

Belajar Mencintai Pekerjaan
Daripada menghabiskan waktu dan energi untuk selalu mencari lowongan pekerjaan yang sesuai passion,sehingga tugas akan perkerjaan yang kini ada ditangan kita, alangkah baiknya bila belajar untuk mencintai pekerjaan yang ada didepan mata, karena adalah jauh lebih muda menjadikan pekerjaan yang ada ditangan kita menjadi passion kita, ketimbang selalu berpindah pindah kerja,hanya demi mendapatkan kerja sesuai hasrat hati.

Setiap Orang Berhak Memiliki Makna Tersendiri Akan Arti Kata "Passion"
Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksudkan dengan passion,tidak perlu kita harus searching di google. Karena setiap pribadi pasti sudah memaknainya sesuai kata hati masing masing, Ada yang mengatakan bahwa ''passion'' artinya sesuai bakat atau sesuai harapan  dan kesukaan . Namun ada juga yang menggabungkan keduanya, yakni passion adalah pekerjaan yang sesuai dengan keinginan hati atau hasrat hati.

Karena itu harapannnya bila mendapatkan lowongan pekerjaan yang sesuai hasrat hati,baru akan bekerja mati matian. inilah salah satu cara berpikir yang terlanjut keliru. Padahal  ,kalau kita mau membuka hati dan pikiran kita,maka apapun pekerjaan yang ditekuni hingga saat ini, dapat dijadikan passion kita.

Pengalaman Pribadi
Mengapa dihampir setiap tulisan,saya selalu membawa bawa pengalaman pribadi? Karena pengalaman pribadi berarti sudah dijalani dan dialami sehingga layak untuk dibagikan kepada orang  banyak.Kalau sekedar teori yang dicuplik sana sini dari google, belum dapat dipastikan ,apakah benar benar dapat terlaksana atau hanya sekedar teori kosong.

Dari Seorang Guru Menjadi Pengusaha
Beberapa tahun menjadi guru,sejak dari Guru di SD. St. Fransiskus dan kemudian beralih ke SMP Pius ,masih dilingkungan Yayasan Prayoga di kota Padang. Pada waktu itu,walaupun say dan istri keduanya sama sama mengajar,tapi hidup kami sungguh morat marit. Padahal pada waktu itu putra kami baru satu orang. Seingat saya gaji kami berdua ,hanya cukup untuk makan dua minggu. Karena saya mengajar di SMP sore hari,maka pagi harinya saya berjualan kelapa di pasar. Namun semua yang kami lakukan ternyata tidak mengubah apappun dalam hidup kami.

Bila gaji sudah habis terpakai untuk bayar sewa kedai ,listrik dan air,maka sesudah itu,dengan menebalkan kulit wajah,harus ngebon dulu untuk sebungkus nasi rames .Padahal mengajar adalah passion kami berdua. Kalau menurut teori,pekerjaan sesuai passion,pasti akan menghantarkan kita menuju kesuksesan. Akan tetapi tujuh tahun lamanya kami hidup menderita,tanpa ada bayangan sama sekali ,bahwa nasib kami akan berubah.
Maka setelah merundingkan dengan  istri ,saya memutuskan untuk mencoba mengawali berbisnis biji kopi. Namun istri tetap mengajar,untuk menjaga segala sesuatu kemungkinan terburuk,yakn saya mengalami kegagalan.

Pada waktu liburan sekolah, saya mencoba langsung kepetani di kampung kampung .Hasilnya terkumpul satu karung kopi . Dan keuntungan dari penjualan satu karung kopi ini ,sungguh merupakan pintu gerbang bagi kami untuk mengubah nasib. Karena keuntungannya ,adalah melebih satu bulan saya jualan kelapa di pasar . Maka saya memutuskan untuk pamitan dari pekerjaan sebagai guru.

Belajar Mencintai Pekerjaan sebagai Pedagang
Coba bayangkan, betapa sulitnya bagi saya ,dari seorang guru ,yang tugas mengajar dan mendidik,kini harus memasuki kehidupan yang sama sekali asing. Saya harus belajar sungguh sungguh siang malam,mana yang kopi kualitas bagus dan mana yang tidak.Kemudian berapa persentasi kadar airnya? Tapi saya sudah bertekad,saya harus sukses!

Rasa tanggung jawab terhadap istri dan anak,menjadi motivasi bagi saya untuk mencintai pekerjaan baru ini.Dan ternyata dengan penuh rasa syukur, saya mampu melalui semuanya dengan selamat .Hanya dengan melihat dari jauh,saya sudah dapat membedakan ,mana yang kopi Robusta dan mana yang kopi Arabica ,serta mampu menakar kadar airnya ,tanpa menggunakan alat tester.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun