Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kita Tidak Mungkin Meniadakan Perbedaan, Tapi Bisa Menerimanya

21 Oktober 2017   06:32 Diperbarui: 21 Oktober 2017   09:46 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotos.com


Kita Memang Diciptakan Berbeda


Perbedaan sudah ada sejak sejarah terciptanya manusia. Belajar dari alam semesta,kita sudah mendapatkan pencerahan.Ada matahari dan ada rembulan,ada daratan dan ada pula lautan. Siang berbeda dengan malam dan seterusnya. Kita tidak mungkin meniadakan perbedaan  tersebut,walaupun mungkin saja secara pribadi ,kita tidak menyukai kegelapan malam. 

Tapi kita harus mau dan mampu menerima,bahwa kegelapan adalah juga bagian dari peristiwa alam .Maka kita menerima keberadaan kegelapan secara arif.Seperti kata pribahasa ,daripada mengutuki kegelapan,mengapa tidak menyalakan sebatang lilin atau lampu?


Menerima Perbedaan ,Bukan Mempertentangkannya


Berguru pada alam yang terkembang,seharusnya membuat kita menjadi semakin arif dalam memandang berbagai perbedaan dalam hidup berinteraksi dengan sesama manusia. Warna kulit yang berbeda,bahasa yang sama sekali tidak sama ,serta budaya yang mungkin saja saling bertolak belakang. Seperti contoh nyata,kalau di negeri kita,bilamana sudah lama tidak ketemu,maka orang akan saling bersalaman.Tapi di negeri lain,rasa kangen dinyatakan dalam bentuk sebuah pelukan. 

Termasuk memeluk istri atau suami orang. Bagi budaya kita,dianggap aneh ,tapi bagi budaya mereka,adalah sebuah ungkapan rasa persaudaraan. Karena mereka tidak akan memeluk sembarangan orang,kecuali sahabat baik . Hal ini baru merupakan sebuah contoh,diantara sejuta contoh lainnya.


Satu lagi contoh nyata , kalau kita ketemu sesama orang Indonesia dan saling berkenalan,yang ditanya adalah :" Berapa orang anaknya pak/bu?" Hal ini sangat lumrah dan merupakan bagian dari kesantunan dalam  berkenalan.Akan  tetapi di Australia,pertanyaan ini dianggap tidak lazim,bagi orang yang baru saja dikenal. Karena boleh jadi ia belum menikah dan memilih hidup single.


Kalau di negeri kita ,ada wanita yang melayani pembeli di restoran,bertanya :" Selamat pagi sayang, mau minum apa?" Pasti semua mata akan tertuju kepada kita ,ada hubungan apa diri kita dengan si gadis pelayan restoran? Dan pasti istri kita tidak bisa menerima kenyataan ini,bahwa ada gadis lain,yang menyapa kita dengan sapaan :" sayang".Tapi kalau di Australia,hal ini sudah merupakan bahasa bisnis.


Jadi kalau ada gadis pelayan di Cafe menyapa dengan kalimat  "Good morning darling.What can I do for you?"jangan langsung Grr dan istri jangan langsung berang. Tidak ada hubungan apa apa,hanya merupakan bahasa dan tehnik bisnis,yang membuat orang senang dan akan kembali lagi minum kopi disana.


Bercerita Tentang Perbedaan ,Tidak Akan Habis Habisnya


Sesungguhnya,perbedaan tidak hanya terjadi lantaran perbedaan suku bangsa dan perbedaan budaya,bahkan perbedaan terjadi juga dalam mengedepankan sudut pandang terhadap sebuah kejadian. Perbedaan dalam menentukan pilihan warna kesukaan dan perbedaan dalam menyukai ragam kuliner.Bahkan antara suami dan istri,anak dan orang tua saja bisa jadi berbeda. Dan siapapun diri kita,tidak mungkin dapat meniadakan perbedaan tersebut.tapi kita bisa menerima,bahwa setiap orang memang diciptakan berbeda dan memiliki keunikan tersendiri. 

Memahami dan menerima dengan berlapang dada dan pikiran,bahwa setiap orang ,berhak untuk berbeda dengan diri kita dan kita tidak berhak memaksakan kehendak kita. Bukan hanya kepada orang lain,tapi juga tidak berhak memaksakan kehendak kita kepada anak anak dan istri kita.Menerima perbedaan sebagai bagian dari keindahan hidup,adalah sebuah jalan hidup yang arif dan bijak,bukan dengan mempertentangkannya.

Burns Beach,21 Oktober,2017
Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun