Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pilkada di Australia Barat Tidak Seru

3 Oktober 2017   07:13 Diperbarui: 3 Oktober 2017   22:24 2194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekilas gambaran Pilkada di Australia Barat
Sejak minggu lalu, bertubi-tubi datang brosur yang mengiklankan diri sendiri dari para kandidat calon wali kota City of Joondalup. Kota Joondalup ini merupakan sebuah kota satelit yang mandiri, karena semuanya ada di sini. Sehingga warga yang domisili di sini tidak harus berpergian jauh ke Perth yang merupakan Ibu Kota Australia Barat. Bahkan Supermall Lakeside merupakan mal terbesar di Western Australia.

Kota Joondalup meliputi kecamatan: Burns Beach - Currambine South - Iluka- Connolly - Ocean Reef- Mulalloo - Kallaroo - Padbury - Hilarys - Sorento - Marmion - Edgewater - Hearthridge - Woodvale - Beldon - Kingsley - dan seterusnya yang totalnya berjumlah 24 kecamatan.

Australia tidak mempermasalahkan penduduknya tetap memegang paspor dari negara asalnya. Selama mereka menaati aturan yang berlaku di sini. Penduduk yang bukan warga negara pun, mendapatkan fasilitas yang sama dengan warga negara Australia. Baik dalam layanan kesehatan, maupun fasilitas lainnya. Hanya saja tidak berhak untuk dipilih ataupun memilih. Karena itu, walaupun saya resmi sudah tercatat sebagai penduduk Australia, tapi karena tidak menjadi warga negara Australia, jadi tidak berhak untuk ikut memilih.

foto : dokumentasi pribadi
foto : dokumentasi pribadi
foto : dokumentasi pribadi
foto : dokumentasi pribadi
Brosur yang dibagikan, mengedepankan muatan nilai hidup dalam keberagaman
Rata-rata dari brosur yang ada ditangan saya,mengedepankan tentang keluarga dan hidup dalam keberagaman. Tidak ada yang menyinggung calon lainnya, apalagi sampai memberikan penilaian negatif. Sewaktu tiba hari H-nya, tak tampak sedikit juga wajah wajah angker antara para pendukung calon wali kota yang bertarung. Mereka saling bercanda ria dan terkesan bagaikan sebuah perayaan, bukan pertarungan.

foto : dokumentasi pribadi
foto : dokumentasi pribadi
Orang Vietnam jadi gubernur di Australia
Untuk pertama kalinya terjadi, mantan pengungsi dari Vietnam menjadi Gubernur di Australia. Peristiwa ini sekali lagi membuktikan bahwa Australia benar-benar komitmen dalam menerapkan prinsip negara, bahwa setiap warga Australia memiliki kesempatan yang sama di mata hukum. Mantan pengungsi Vietnam, Hieu Van Le disumpah menjadi Gubernur Australia Selatan yang baru dalam sebuah upacara resmi di Adelaide Convention Centre. Hieu Van Le datang ke Darwin dengan kapal pada tahun 1977. Ia adalah imigran Asia pertama yang menjabat posisi Gubernur di negara bagian manapun di Australia.

"Ini adalah pengakuan bagi seluruh imigran dan pengungsi dan bagi keluarga serta keturunannya yang telah membangun Australia Selatan menjadi sekarang ini, salah satu yang terbaik di dunia," ucap Hieu. (seperti dikutip oleh radio australia )

Penduduk Australia yang hanya berjumlah sekitar 23 juta jiwa ini, terdiri dari lebih 100 suku bangsa di dunia. Bahkan kebanyakan dari mereka tetap menggunakan bahasa dari negeri asal mereka, kendati sudah tinggal puluhan tahun di sini. Bahkan sebagian besar dari mereka bukan saja menjadi penduduk Australia, tetapi juga sudah menjadi warga negara Australia Perlu diketahui, bahwa di sini penduduk Australia terdiri dari:

  1. Penduduk Australia, tapi bukan warga negara Australia
  2. Penduduk dan sekaligus warga negara Australia

Dibandingkan dengan pilkada di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa pilkada di Australia tidak ada apa apanya. Sepi dan senyap. Jangankan demo berjilid-jilid, demo tunggal saja tidak ada, karena pada umumnya orang Australia tidak peduli siapa yang bakalan jadi gubernur ataupun wali kota. 

Di kafe-kafe dan pertemuan sosial yang sering kami hadiri sama sekali, tidak ada yang membicarakan tentang pilkada. Beda total dengan di negeri kita pada masa-masa kampanye pilkada: mendadak semua orang pintar berpolitik, bahkan sopir taksi dan tukang becak juga sangat piawai bercerita tentang politik. Australia tidak ada apa-apanya dalam hal Pilkada, bila dibandingkan dengan hebohnya pilkada di Indonesia.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun