Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaafkan Sudah, Melupakan Belum

27 September 2017   21:06 Diperbarui: 27 September 2017   21:44 1924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotoscom

"Berdamai Dengan Diri". Enak Kedengarannya

Salah satu kalimat yang indah dan enak didengar adalah :"Berdamailah dengan diri sendiri',untuk menghidari diri dari jeratan stress.Akan tetapi seperti biasanya ,mengatakan sesuatu jauh lebih mudah,daripada mempraktikkannya dalam kehidupan nyata. Karena didalam diri kita ,ada dua kekuatan dahsyat yang tidak selalu sejalan .Bahkan tidak jarang bertolak belakang. Ketika pikiran mampu menganalisa sebuah persoalan yang menimpa diri kita dan mampu menerima,bahwa memang sudah seharusnya terjadi begitu,namun hati kita belum tentu siap menerima kenyataan pahit.

Ada banyak contoh contoh hidup yang dapat dijadikan renungan diri dan pelajaran berharga bagi diri kita. Misalnya,bila kita sudah dikhianati oleh sahabat baik kita,bahkan sudah menyebabkan kita dan keluarga hidup sengasara. Kemudian yang bersangkutan ,datang mohon maaf,maka pada saat itu terjadilah perang dalam batin kita. Pikiran mengatakan,:"Ya sudahlah,karena ia sudah minta maaf,ya dimaafkan ,karena tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat kesalahan.

Tetapi hati kita yang sudah pernah mengalami luka yang menggangga,tidak semudah itu dapat menerimanya. Kalaupun akhirnya ,mampu berdamai dengan diri sendiri dan memaafkan pelakunya,namun kalau mau berbicara sejujurnya,tidak mungkin lagi menyambung persahabatan yang sudah terputus.Karena jurang yang diciptakannya sudah terlalu lebar dan mendalam


Sepotong Pengalaman Pribadi


Ulasan singkat diatas,sesungguhnya adalah pengalaman pribadi saya sendiri. kejadiannya sudah berlalu sejak 15 tahun lalu Dan saya sudah memaafkan sahabat yang menghianati ,hingga saya masuk DPO Polisi,bahkan masuk dalam tahanan.Sehingga mengalami kerugian materi dan penistaan . Karena itu ,setiap kali kebetulan berpapasan,kami masih bersalaman dan berbasa basi,tapi sejujurnya betapapun mencoba mengikhlaskannya,sungguh luka hati yang mengangga terlalu dalam tersebut,terasa dikorek dan berdarah kembali ,setiap kali bertemu.

Karena itu ,saya tidak punya nyali mengakui sebagai orang yang agamis.sebab hanya mampu memaafkan,tapi tidak mampu melupakan. 15 tahun bukanlah kurun waktu yang singkat,tapi saya tidak mau menjadi orang yang munafik.Kami tidak bermusuhan ,tapi sudah tidak mungkin lagi bersahabat seperti sebelumnya.


Tidak ada dendam,tidak ada kebencian,namun 15 tahun,belumlah cukup untuk menimbun jurang yang mengganga diantara kami. Saya harus banyak belajar untuk dapat sampai keposisi :"when I forgive,I;ve forgot"


Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun