Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaafkan dan Melupakan Adalah Ujian Terberat

17 September 2017   20:14 Diperbarui: 18 September 2017   08:08 3307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Depositphotos

Kalimat, "Memaafkan dan Melupakan" Memang Indah, tapi Butuh Perjuangan Untuk Mengaplikasikannya

Kalau kaki kita tanpa sengaja terinjak oleh seseorang,karena saking ramainya orang atau berdesak desakan dalam lift,tentu dapat dimaafkan.Walaupun jelas sakitnya tidak hilang secara serta merta,ketika kita memberikan maaf. Ada teman atau sanak famili minjam uang kepada kita,tapi mendadak mengalami amnesia sehingga lupa mengembalikannya juga tidak masalah kita maafkan. 

Kendaraan kita tanpa sengaja tersenggol orang pengemudi becak dan ia sudah minta maaf,maka walaupun kita jengkel,tapi masih bisa memaafkan dan dengan cepat melupakan  kejadian tersebut.

Tapi kalau ada yang dengan sengaja dan terencana ,membuat hidup kita sengsara selama beberapa tahun,walaupun sudah minta maaf, tapi kalau kita mau berbicara secara jujur,sungguh tidak mudah untuk memaafkannya. Kalaupun akhirnya kita mampu memaafkannya,tapi untuk melupakan apa yang sudah terjadi ,sungguh tidak semudah kotbah yang kita dengarkan. Karena luka batin yang disebabkan oleh prilakunya, terlalu dalam dan menganga dan tidak mungkin bertaut hanya dengan kata maaf saja.

Inilah proses pembelajaran diri ,yang paling berat dirasakan dan harus dijalani untuk dapat lulus dalam ujian kehidupan.Apalagi ketika orang yang sudah menghancurkan hidup kita,ketika berada dalam kondisi sekarat,datang minta tolong kepada kita? Bagaimana sikap kita? Menolaknya atau mampukah kita mengulurkan tangan untuk menolongnya?

Ujian Yang paling Berat di Universitas Kehidupan

Masalah memaafkan dan melupakan adalah termasuk ujian yang paling berat di Universitas Kehidupan ini. Karena kita dihadapkan pada pilihan,memaafkan dan melupakan atau menyimpan dendam dan kebencian didalam hidup. Menyimpan kebencian,berarti seumur hidup kita selalu harus memikul beban ini,kemanapun kita berada. 

Selama kebencian dan dendam masih bersarang dalam diri kita,tidak mungkin kita menikmati saat saat bahagia bersama keluarga. Maka satu satunya,jalan adalah berusaha keras untuk dapat memaafkan pelakunya.Walaupun tidak mungkin melupakan apa yang sudah terjadi,tetapi setidaknya batin kita,tidak lagi dibebani oleh dendam dan kebencian.

Satu Lagi Kisah Lain

Mungkin saya sudah pernah menuliskan,tentang bagaimana orang yang merencanakan untuk membunuh kami sekeluarga dengan jalan melonggarkan  baut roda kendaraan yang saya service di bengkel. Dalam keadaan sekarat,tahun lalu,pelakunya menyampaikan permohonan maaf nya kepada saya. 

Dan dengan penuh rasa syukur,ternyata saya mampu memaafkannya dan kemudian ia meninggal dengan tenang. Tulisan ini bukan dalam upaya menciptakan image sebagai orang baik,melainkan semata mata membagikan sepotong pengalaman empirik yang pernah saya alami. Semoga ada manfaatnya

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun